Pantai Jogan, air terjun yang jatuh ke laut

Dulu wisata pantai di wilayah Jogja mungkin tak jauh dari Parangtritis. Pantai terdekat dari pusat kota Jogjakarta, sekitar 1 jam menuju wilayah pantai selatan. Padahal, bergeser sejauh 60 kilometer menyusuri bibir pantai selatan ke arah Gunung Kidul, ada puluhan pantai dengan karakteristik pantai berbeda-beda antara satu dan lainnya. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah Pantai Jogan.

Mirip dengan Banyu Tibo
Mirip dengan Banyu Tibo

Pantai Jogan terletak di Desa Purwodadi. Untuk mudahnya, begitu memasuki wilayah Gunung Kidul, cari saja penunjuk arah menuju Pantai Siung karena Pantai Jogan berada di satu lokasi dengan Pantai Siung. Dengan 1 kali membayar retribusi untuk kendaraan dan pengunjung di Pos Retribusi Pantai Siung, kita bisa mengunjungi 3 pantai sekaligus, Pantai Jogan, Nglambor dan Siung. Selepas pos retribusi, tinggal mengikuti arah menuju Pantai Jogan.

Akses masuknya memiliki jalan yang sudah cukup baik dengan aspal walau ada sedikit jalan berkerikil. Tapi setidaknya kendaraan roda empat sudah bisa melintas di sini. Lahan parkir yang tersedia di sini tidak terlalu banyak karena sepertinya Pantai Jogan masih kalah pamor dengan pantai yang bersegmentasi keluarga seperti Indrayanti.

Air terjun yang jatuh langsung ke laut
Air terjun yang jatuh langsung ke laut

Pantai Jogan sekilas memang mirip dengan Pantai Banyu Tibo di Pacitan. Aliran sungai yang membelah dan terjun langsung ke pantai. Jajaran warung walaupun tak seramai Banyu Tibo. Dan pastinya fenomena air terjun yang jatuh ke pantai dengan bibir pantai yang kecil. Air terjunnya pun berasal dari mata air yang mengalir membentuk sungai sama seperti Banyu Tibo. Air terjun Pantai Jogan kurang lebih setinggi 10 meter dengan debit air yang lumayan deras, bahkan lebih deras dibandingkan Banyu Tibo Pacitan.

Masih belum banyak dipenuhi bangunan
Masih belum banyak dipenuhi bangunan

Saya sempat berbincang dengan beberapa warga lokal atau tepatnya mungkin warga yang dulu mencari rejeki di Pantai Jogan. Ternyata di pertengahan 2018 Pantai Jogan sempat diterjang gelombang besar yang menghancurkan beberapa fasilitas yang ada di Jogan. Dulu ternyata ada gondola yang bisa menyebrangkan pengunjung dari satu bibir tebing ke tebing lainnya. Semacam Gondola Pantai Timang namun tak terlalu panjang dan hanya melintas di tepi. Saat ini hanya tersisa satu gardu gondola sementara di sisi seberangnya hilang tersapu ombak. Selain itu ada pula fasilitas rappelling untuk menuruni air terjun menggunakan tali. Sayangnya fasilitas ini hancur sama sekali, bahkan bangkainya pun tak terlihat. Jadi sekarang untuk pengunjung yang ingin turun, bisa melewati tangga bambu dengan membayar Rp 5000,- perorang. Harga ini sudah termasuk untuk menggunakan spot selfi yang menurut saya malah kurang efektif karena berhadapan dengan arah air terjun sehingga tidak mungkin untuk menjadikan air terjunnya sebagai latar belakang foto.

Tidak diperbolehkan turun jika ombak besar
Tidak diperbolehkan turun jika ombak besar

Sayangnya saat saya berkunjung bertepatan dengan pasangnya air sehingga saya dilarang untuk turun ke bawah. Saya hanya diperbolehkan turun sampai di anak tangga terakhir itupun dengan pengawasan bapak penjaga. Saya cukup salut bapak ini melaksanakan tugasnya dengan benar. Tidak membiarkan pengunjung berkeliaran tapi menjaga dan peduli keamanan pengunjung. Di bagian bawah Pantai Jogan hampir tak ada permukaan pasir yang terlihat, lebih banyak karang-karang yang menonjol. Kata si Bapak, di musim tertentu (entah kapan, beliau juga tidak menjawab dengan jelas) batu-batu karang ini dipenuhi oleh bayi kepiting merah yang kerap dipanen oleh warga untuk lauk.

Air terjun dari sisi bawah
Air terjun dari sisi bawah

Selesai dari lokasi air terjun, Bapak yang tiba-tiba menjadi pemandu kami mengajak kami memasuki hutan kecil di sisi barat air terjun dengan jalan menanjak. Di balik hutan ini ternyata ada tanah lapang yang memiliki view ke laut lepas dengan hempasan ombak yang sesekali naik menjilat kaki. Di sini juga terdapat semacam katrol yang digunakan oleh nelayan udang untuk menjaring udang tanpa harus melaut. Tak dipungkiri ombak selatan cukup berbahaya jika sedang musim angin. Jadi bapak-bapak nelayan hanya memasang umpan berupa teritip/kerang kecil ke jaring, lalu menggerakan jaring ke tengah laut menggunakan katrol lalu menjatuhkannya dan membiarkan selama semalaman untuk kemudian dipanen keesokan harinya.

Katrol untuk menangkap udang karang
Katrol untuk menangkap udang karang
Umpan
Umpan

Buat saya, Pantai Jogan menawarkan pemandangan yang berbeda dibanding pantai lain yang umumnya memiliki pesisir. View air terjunnya cukup indah karena belum banyak di “cemari” oleh view warung-warung. Spot untuk mengabadikan air terjunnya pun cukup banyak. Jika punya waktu lebih, di Jogan juga ada sebuah goa yang bisa dimasuki namun harus trekking melewati jembatan bambu sekitar sepuluh menit. Untuk yang membawa anak-anak, harap untuk ekstra hati-hati karena secara fisik, pantai ini bukan pantai yang tepat untuk keluarga bersantai apalagi yang mempunyai anak kecil. Selain tidak banyak lahan untuk menggelar tikar, hanya ada sedikit saung yang disewakan (Rp 15.000,-) dan belum banyak pagar pengaman di sini (atau mungkin dulu sudah ada tapi hancur tersapu ombak)

Enterpreneur, Travel Blogger, Instagramer, Hotel & Resto Reviewer, Fuji Film User.

Leave a Reply