Ngintir atau bahasa bakunya hanyut atau terhanyut. Demi menapak tilas perjalanan Sunan Kalijaga menghanyutkan kayu-kayu di Sungai Kreo untuk dijadikan tiang Soko Guru Masjid Demak, kami bukan mencoba susahnya mengendalikan gelondongan kayu tapi lebih tepatnya merasakan susahnya menjadi kayu yang terhanyut dihempas arus kuat Sungai Kreo.
Desa wisata Kandri, sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Semarang. Hamparan sawah menyambut kami begitu memasuki Desa Kandri yang sedang menggeliat menggalakan potensi wisata desanya. Selain agrowisata, tentunya body rafting sebagai sarana napak tilas Sunan Kalijaga adalah potensi wisata terbesar yang dimiliki Desa Kandri. Entah dengan teman-teman blogger lain, tapi saya sangat antusias untuk mencoba body rafting, menghanyutkan diri mengikuti aliran sungai hanya menggunakan life jacket dan ban dalam truck, karena ini merupakan pengalaman pertama saya. Apalagi saat panitia menunjukkan video rekaman sebagai gambaran rintangan apa saja yang akan kami lewati saat “terhanyut” sejauh 3 Km di Sungai Kreo. Di awal perjalanan saja, kami harus melompat dari bendungan setinggi 2-3 meter….ahhh sepertinya ini akan jadi pengalaman pertama yang sangat mengesankan paling tidak buat saya.
Photo : Dokumentasi panitia
Ngintir? hmm kalau saya taunya kintir mas sama sih artinya dan sama – sama bahasa jawa.. mungkin hanya berbeda di pengucapan saja ya..
Mungkin kata dasarnya kintir mas, ditambah awalan ng hehehe
Yang pasti maaf juga yang melindas bukan aku dari kelima orang yang disebutkan hehe #langsungkabur
nah kan kabur, ketauan salah satunya kan
Meskipun gak lebar, Kali Kreo ini lumayan juga ya arusnya. Beberapa kali ke Semarang dalam bulan-bulan belakangan ini, tapi belum kesampaian untuk body rafting di Kali Kreo ,,, harus coba ah kapan-kapan 🙂
Minimal 10 orang mas untuk tubing disini