Mengulik konektivitas transportasi dan logistik di Sumbawa

“Minggu depan saya ke Sumbawa”

Lalu disambar teman “wah enak ya, hati-hati gak ada sinyal di sana”

“Memang sudah pernah ke Sumbawa, koq tahu tidak ada sinyal?” Selidik saya

“Kan ada filmnya, Susah Sinyal itu?”

Antara ingin terbahak dan menoyor kepala teman saya atas Peta Buta nya yang benar-benar buta dan hilang arah. Dan ternyata respons di sosial media saya pun banyak yang menduga kalau Sumbawa adalah kepanjangan dari Sumba *toyor massal. Seperti kita menyebut Jogja tanpa menyebutkan Jogjakarta secara utuh.

Jagung untuk pakan ternak
Jagung untuk pakan ternak

Sumba berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, sementara Sumbawa berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat *beda jauh ya gaesss* dan menjadi pulau terbesar di NTB. Letaknya persis bersebelahan dengan Pulau Lombok yang dipisahkan oleh Selat Alas. Kali ini saya mencoba membahas unsur-unsur  konektivitas transportasi dan logistik yang berada di Pulau Sumbawa yang lebih spesifik ke Sumbawa Besar.

MENUJU SUMBAWA MELALUI JALUR LAUT

Setelah mendarat di Bandara Internasional Lombok kami langsung menuju Mataram menggunakan Damri Bandara – Mataram dengan tarif Rp 30.000,-. Jadwal keberangkatan Damri Bandara menyesuaikan jadwal kedatangan pesawat. Dari Pool Damri Mataram tersedia rute menuju beberapa wilayah di Sumbawa, seperti Alas, Lunyuk, Moyo Hilir termasuk Sumbawa Besar. Namun, Damri menuju Sumbawa Besar hanya tersedia di pagi hari antara pukul 5 sampai 8.30 dan berlanjut di sore hari pukul 16.00 lalu di malam hari pukul 21.30. Tarif menuju Sumbawa Besar antara Rp 80.000,- sampai Rp 100.000,-. Harga ini sudah termasuk dengan tiket penyebrangan Ferry nya loh!

PENYEBRANGAN FERRY DI LOMBOK TIMUR

Pelabuhan Kayangan berada di ujung timur Pulau Lombok. Pelabuhan ini lah yang menghubungkan Lombok dengan Sumbawa. Pelabuhan ini beroperasi 24 jam dengan jadwal keberangkatan Ferry 8-9 kali dalam sehari dan lama waktu menyebrang sekitar 1.5-2 jam tergantung kondisi gelombang dan antrian saat bersandar di pelabuhan. Untuk yang tidak menggunakan Damri, tarif penumpang dewasa adalah Rp 17.000,- dan anak-anak Rp 9.000,-

Kapal Ferry nya cukup nyaman dan bersih walaupun tidak menggunakan pendingin ruangan. Fasilitasnya terdapat kantin, klinik dan ruang menyusui. Hal yang menarik adalah saat mengamati proses muat kendaraan di area car deck. Ternyata petugas bukan hanya asal memarkirkan loh, mereka harus membagi beban agar Ferry tetap seimbang. Kelebihan beban di satu sisi sedikit saja bisa berakibat fatal jika diperjalanan ada gelombang besar.

PELABUHAN POTO TANO

Tepat 1.5 jam kapal Ferry Garda Maritim 1 merapat di Pelabuhan Poto Tano. Pelabuhan cantik dengan bukit-bukit menguning dan air laut yang jernih. Sekilas tampilannya tak kalah dengan Labuan Bajo. Salut untuk Poto Tano yang bisa menjaga kebersihan laut walaupun banyak aktivitas yang terjadi di pelabuhan. Ternyata tak jauh dari Pelabuhan Poto Tano ada Pulau Kenawa yang fotogenik. Lalu ada juga Pulau Ular yang dihuni banyak ular laut. Jadi para wisatawan yang mau menyebrang ke Pulau Kenawa, pasti diarahkan menuju Poto Tano untuk menggunakan jasa penyebrangan milik warga menggunakan kapal kecil.

MENUJU SUMBAWA BESAR

Melanjutkan perjalanan darat menuju Sumbawa Besar menyusuri sisi pantai utara Pulau Sumbawa. Di sepanjang jalan kami banyak menemukan tambak udang. Ternyata di tahun 2021, Sumbawa kembali mendapatkan perhatian pemerintah pusat dengan menjadi salah satu dari enam lokasi yang diprogramkan untuk percontohan klaster tambak udang. Lokasi yang dipilih sebagai percontohan ini adalah Tambak Rakyat Dusun Rapang, Desa Motong, Kecamatan Utan dengan luas areal lebih kurang 5 hektar. Selain itu yang menarik adalah Pulau Bungin yang mendapat predikat pulau terpadat di dunia. Saking padatnya dan tidak ada lahan hijau, kambing di sana mengkonsumsi kertas sebagai makanannya.

TERMINAL SUMER PAYUNG

Jika menggunakan Damri dari Mataram, salah satu titik antar di Sumbawa Besar adalah Terminal Sumer Payung. Terminal tipe A yang melayani rute antar provinsi, antar kota, angkutan kota dan angkutan desa. Namanya terdengar unik ya!. Sumer sendiri dibaca “sumir” yang artinya sumur. Karena di lokasi ini dulu merupakan sumber mata air terbersih sehingga dibuatkan sumur untuk menampung airnya.

Staff Terminal Sumer Payung
Staff Terminal Sumer Payung

Terminalnya sangat luas dan termasuk bersih. Tidak ada sampah berserakan, rumput pun terpangkas rapi. Namun yang disayangkan, bangunan ruang tunggu penumpang dan fasilitas umum seperti toilet sangat butuh perbaikan. Padahal dalam sehari bisa ratusan bus keluar masuk terminal ini dari berbagai provinsi. Kantor untuk bapak dan ibu yang bertugas di terminal pun sudah sangat butuh peremajaan.

Melayani rute antar provinsi
Melayani rute antar provinsi

Tahun 2014 Terminal Sumer Payung pernah mendapat penghargaan yang bergengsi dari Dirjen Perhubungan Darat Kemententerian Perhubungan Republik Indonesia dalam katagori kota besar sebagai wahana tata laksana terminal penumpang terbaik kedua nasional. Semoga ke depan Terminal Sumer Payung bisa mendapat perhatian kembali untuk bisa berbenah dan kembali menjadi terminal penumpang terbaik.

PELABUHAN BADAS

Untuk mendukung kelancaran transportasi logistik masuk atau keluar Pulau Sumbawa, ada Pelabuhan Badas. sejak 2013 Pelabuhan Badas resmi sebagai pelabuhan peti kemas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Pulau Sumbawa dan sekitarnya. Pelabuhan ini  memiliki empat dermaga, dilengkapi dengan lapangan pengumpulan dan kontainer-kontainer besar, sehingga mempercepat proses bongkar muat barang. Saat ini juga ada sisi reklamasi yang nantinya akan difungsikan sebagai gudang sementara saat menunggu proses muat ke dalam kapal. Komoditas utama dari Pelabuhan Badas adalah jagung untuk pakan ternak, pupuk urea, udang serta mutiara. Sementara dari luar, Sumbawa banyak menerima kiriman semen untuk pembangunan infrastruktur di Pulau Sumbawa.

BANDAR UDARA

Untuk yang tidak memiliki waktu banyak atau sering mengalami mabuk laut, tak usah khawatir. Sumbawa Besar juga memiliki bandara. Sultan Muhammad Kaharuddin III terletak persis di tengah kota. Lokasinya sangat strategis berseberangan langsung dengan hotel dan pusat kuliner. Dilihat sekilas bandara ini memiliki bentuk-bentuk hexagonal di bagian facade bangunannya yang mencirikan sarang lebah. Bangunannya memang tidak terlalu luas namun terawat dengan sangat baik dan bersih. Untuk saat ini memang hanya ada 1 jadwal penerbangan setiap harinya, yaitu kedatangan dari Lombok dan keberangkatan menuju Lombok di pagi hari dengan maskapai Lion Air.

Mudahkan untuk menjangkau Sumbawa? Kalian pilih jalur laut atau udara? Saran saya, coba kedua jalur transportasi ini karena perjalanan laut menuju Sumbawa termasuk singkat dan ketika merapat di Poto Tano, pemandangannya tak kalah dengan Labuan Bajo dengan bukit-bukit menguning yang menyembul dari laut. Lalu ketika sudah lelah menjelajah Sumbawa untuk menghemat waktu, barulah menggunakan pesawat untuk kembali ke kota masing-masing. Semua rute pesawat akan transit di Lombok lalu lanjut ke tujuan akhir masing-masing.

Lalu ada apa saja di Sumbawa? Apa yang bisa dikunjungi, bisa dicicipi dan bisa disaksikan? Tunggu di postingan selanjutnya yaaa…

Enterpreneur, Travel Blogger, Instagramer, Hotel & Resto Reviewer, Fuji Film User.

Leave a Reply