Lewat tengah malam ketika kami melintas entah di mana, hanya gelap yang beriringan bersama kami. Sesekali lampu mobil kami sorotkan jauh ke depan, memeriksa kondisi di depan sana. Kami tak khawatir akan hal-hal mistis, yang kami khawatirkan justru jika jalan berkelok tiba-tiba tanpa kami sadari, atau tiba-tiba ada kendaraan roda dua tak berpenerangan yang melesat tak kalah kencangnya dari kami. Pekat tanpa setitik cahaya pun saat kami membelok keluar dari tol Cipali mengambil arah Majalengka. Kami berusaha untuk terus terjaga. Sekadar solidaritas kepada sang pengemudi. Pukul 1 dini hari, pastinya mata sangat haus akan lelap, kami mencoba menghalau dengan mengumbar kelakar sepanjang jalan gelap.
Ketika titik-titik cahaya mulai merebak di antara pekat, kami bisa menghela napas lega, tugas kami kini hanya mencari penginapan yang sudah kami pesan, yang akan kami tinggali tak lebih dari 4 jam. Kami memang meleset jauh dari estimasi awal, untungnya penginapan kecil di Majalengka ini tak masalah menerima kami di waktu yang tak biasa. Pemuda bersarung menyambut kami, senyum yang tetap dipaksakannya untuk mengembang tak bisa menutupi raut kantuknya. Kami hanya bisa memohon maaf menganggu istirahatnya. Ia malah bertanya “Baru sampai, kenapa pagi-pagi sudah mau check out lagi mas?”
Pukul 6 kami bergerak meninggalkan penginapan di tengah kota Majalengka menuju ke terminal Maja, yang kondisi pagi hari tertutup oleh pasar tumpah. Dari sini jalan kami mulai menanjak, sebagian jalan berkondisi baik sementara beberapa ruas berlubang cukup besar. Beberapa kali kami harus berpapasan dengan truk-truk pengangkut hasil panen. Memang agak mengerikan, karena ruas jalan yang tidak terlalu besar. Di satu ruas jalan kami terpaksa berjalan mundur hingga menemukan lahan yang agak luas agar truk tersebut bisa melintas.
Ia juga sempat bercerita, imbas negatif ketika Argapura dijadikan sebagai lokasi wisata. Terkadang pengunjung berfoto tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Tak sedikit bawang terinjak-injak pengunjung yang haus akan foto.
Saat asyiknya bercerita tiba-tiba hujan turun, ya… resiko berkunjung ke dataran tinggi, kondisi cuaca tak menentu bisa berubah sekejap mata. Kami berhamburan ke satu-satunya warung di lokasi itu. Ibu pemilik warung mempersilakan kami berteduh. Beliau berpesan, “tunggu saja mas, kadang bisa cerah lagi. Tapi kalau kurang beruntung ya akan terus sampai sore.”
Pukul 11 kami menyerah kepada alam. Kabutnya tak kunjung menipis ditingkahi dengan rintik hujan yang tak mereda sedikitpun. Setidaknya kami sempat mengabadikan beberapa sisi indah kebun bawang Argapura, walaupun tak ada langit biru dan cerah mentari.
Catatan C4ME :
1. Waktu terbaik menikmati Argapura adalah pukul 6-8 pagi.
2. Penduduk setempat lebih mengenal kebun bawang ini dengan nama bukit Penyeweuyan.
3. Tak jauh dari Argapura terdapat curug Muara Jaya.
4. Rute menuju Argapura, dari Terminal Maja menuju pertigaan Sadasari lalu belok kanan. Selepas jembatan Cilongkrang belok kiri menuju Cibunut/Cibuluh.
5. Tidak ada penginapan besar di Majalengka. Wisma Puspa hotel bisa dijadikan pilihan jika butuh tempat beristirahat menunggu pagi.
cocok buat foto2 mas
Kebun bawang, luar biasa. Hahahaha
Mantap mas
Udah whaaa whaaaaa lihat foto dari atas eh ujug-ujug di ujung ada kamunyaaaa.. �� Mama minta diajak ke Kebun Bawang Majalengka ini nih, tapi kok baca post ini sepertinya agak sulit ke sana kalau nggak menginap dulu ya. Dilaju terus Jakarta – Majalengka gak bisa ya?
Maapkan penampakannya hahaha. Amannya sih pake nginep, krn disarankan ke Argapura itu pagi2. Kl siang ambyar lah itu suka ujan tiba2.
Beberapa warga local kadang memang terusik dengan perubahan tempat mereka yang dijadikan tempat wisata, ternyata di sini juga ya. Tapi semoga hal ini dibarengi dengan meningkatnya kesejateraan semua warga nya dan tidak hanya dinikmati oleh orang orang tertentu.
iya, kadang pengunjung suka seenak udel sih
apalagi liat kamu yang kekar nanya-nanya kebun bawang, pasti bapak-bapaknya mikir. "Ini suami idaman banget," hahah
Knp Bapak2 berpikir suami idaman ya, apa hubungannya hahahaha
Cakep banget, koh! Rapi, luas, dan buat aku.. kabut itu justru melengkapi keindahannya. Haha, Brebes memang sentra bawang, kalo ke sana ya oleh-olehnya bawang 😀
Btw, sori, bukan apa-apa, tapi obyek wisata di Jawa Barat memang lebih komersil dari tempat-tempat di Jawa belahan sebelah.
Iya, mereka sadar potensi wisata jadi apa2 diduitin. Tapi selama itu balik untuk pembangunan dan masy setempat sih gpp
Waduuuh, dampak negatif pariwisata ya salah satunya itu kak
Kita ga bisa menyaring orang yang datang
Khan kasian juga kalo kebun bawang keinjek-injek cuma buat ngambil foto
Itu periuk nasi orang loh ��
Betul kak, kejadiannya sama kaya dulu kebun bunga di Jogja itu
Orang-orang kota memang gitu kak, kurang hiburan wkwkwk..
Iya, org tabrakan aja yang bikin macet yang nonton
bentuk kebunnya berundak-undak kayak tangga ya kak Leo. biasanya kan datar gitu ajaaa. keren banget tempatnya.
Iya konsepnya terasering gitu kak sprtnya
mau kontak wisma puspa dong kak ^^
Aduhhhh ud ga simpen kak hahaha
semoga pengunjung yg datang bisa lebih bijak. udahlah kalah saing sama bawang impor, eh diinjak2 pula kebunnya… terus semoga ke depannya bisa bersaing juga dengan bawang2 impor bahkan bisa diekspor..
anyway dengan teknik pngambilan foto yg tepat, jadi keren gitu ya kebon bawangnya 😀 ..
-Traveler Paruh Waktu
sekarang sudah makin teratur sih mas, jadi mudah2an tidak ada yg nginjek2 kebun orang lagi hehe