5 etika saat kamu mengikuti open trip

Liburan kini bukan lagi jadi kebutuhan tersier untuk penggiat di Ibukota. Liburan sudah naik kelas menjadi kebutuhan utama untuk melepaskan diri dari penat pekerjaan dan hiruk pikuk Ibukota. Dulu mungkin hanya segelintir orang yang bisa merasakan weekend getaway, ngebolang entah kemana setiap akhir pekan. Kini sudah layak dan sepantasnya kita berterima kasih dengan kehadiran salah satu moda untuk traveling murah yaitu opentrip.

Dengan open trip yang pasti biaya untuk traveling akan lebih murah. Istilahnya patungan untuk membayar akomodasi yang tentunya semakin banyak peserta akan semakin murah. Namun sayangnya, berdasarkan pengalaman pribadi saya, ada segelintir manusia yang sepertinya kurang mengerti tentang etika open trip. Bukan berarti saya mengganggap diri paling beretika, tapi setidaknya pikirkanlah bahwa ada peserta lain yang sebenarnya mempunyai andil ikut meringankan biaya ngebolang kita dengan patungan. Soopen trip bukan trip seenak udelmu sendiri, jadi sebelum memutuskan untuk ikut bergabung open trip, saya mencoba merangkumkan apa yang perlu kita perhatikan supaya kelak kita tidak disumpahin oleh seluruh peserta open trip.

1. Paham Benar perbedaan opentrip dan privatetrip

Private trip mungkin diisi oleh orang-orang yang sudah saling mengenal satu sama lain. Ibaratnya kalian mau kentut senyaring sirine pemadam kebakaran dengan bau bangkai yang semerbak, paling-paling hanya akan jadi bahan becandaan dan cemoohan teman-temanmu sendiri. Tapi saat open trip, belum tentu orang yang baru kenal 2 jam dengan dirimu akan bersukacita mencium aroma bangkai di dalam mobil elf tertutup berisikan 14 orang. Pikirkanlah ada kepentingan orang lain disana dan yang perlu diingat, bukan karena team kalian memiliki personil lebih banyak, lantas open trip dikuasai penuh oleh team yang jumlahnya mayoritas.

2. Saling Menghargai

Hargai waktu dan hargai keputusan orang lain. Usahakanlah untuk selalu mentaati jadwal yang telah diberikan oleh panitia. Kumpul jam 8, bukan berarti jam 8 lewat 15 baru muncul batang hidungnya. Pun dengan menghargai pendapat orang lain. Saya pernah mengalami berdebat sengit dengan 15 orang peserta open trip dari salah satu bank swasta yang bersikeras ingin segera pulang jam 8 pagi sementara jadwal trip masih ada hingga pukul 1 siang. Karena panitia menetapkan pemenang dari debat “tidak penting” itu adalah saya, entah bagaimana caranya ke 15 orang tersebut menyogok pengemudi kapal untuk segera berangkat saat saya dan beberapa peserta lain sedang trekking ke sisi lain pulau. Namun betapa senangnya saya ketika saya tahu kapal yang ditumpangi 15 orang tersebut mengalami kerusakan mesin dan terombang-ambing di lautan hampir lebih dari 7 Jam. sementara saya hanya menempuh waktu 3 jam untuk menyebrangi lautan. Karma dibalaskan langsung masbro dan mbasist :p

3. Saling Berbagi 

Contoh paling mudah adalah saat menjelang makan. Umumnya saat open trip, jumlah lauk pauk sudah disesuaikan dengan jumlah peserta. Jadi untuk yang merasa porsi makannya berlebih, jangan seenaknya minta tambah. Pikirkanlah peserta lain, jika memang ada sisa lauk silakan minta tambah. Begitupun dengan air bersih ataupun listrik. Saat berkunjung ke pelosok, umumnya air dan listrik sangat terbatas. Jadi mandilah sewajarnya jangan sampai berendam di dalam bak mandi, ini homestay bukan bathtub hotel. Untuk yang kegiatan mandi paginya penuh dengan ritual hingga memakan waktu berjam-jam, usahakanlah menyingkirkan ritual-ritual itu untuk sementara, jika memang harus dilakukan bangunlah lebih awal agar tidak membuat antrian panjang menunggu kamu menyelesaikan ritual pagi hari.

4. Saling Menjaga

Mungkin ini sedikit sulit untuk dilakukan karena biar bagaimanapun namanya manusia pasti memikirkan dirinya sendiri dulu. Teman yang sudah berkawan puluhan tahun saja bisa dilupakan apalagi teman 2 jam yang lalu. Misal saat sedang snorkling, mungkin panitia akan mengalami kesulitan menjaga 15 orang seorang diri. Tak ada salahnya sesama peserta untuk saling menjaga dan memberitahukan panitia jika memang ada yang kesulitan. Selain menjaga keselamatan, tentunya menjaga nama baik harus dilakukan juga. Contohnya 15 orang yang terkena karma itu, saya jadi berpikir apakah di tempat kerjanya tidak di terapkan etika dan aturan? Padahal bank swasta ternama loh :p

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Peserta Open Trip

Sehai-hari Anda pemilik perusahaan dengan omset milyaran, jika sudah masuk peserta open trip jangan mengharap mendapat perlakuan lebih karena semua peserta membayar nominal yang sama. Jika memang merasa superior, buatlah private trip sendiri.
Sekiranya 5 poin diatas adalah hal-hal dasar yang buat saya sangat perlu diperhatikan sebelum kita memutuskan bergabung dengan open trip. Kondisikanlah keadaan diri sendiri, mana yang paling nyaman, open atau private. Dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing yang penting kita merasa nyaman saat melakukan perjalanan dan jangan sampai karma di bayar lunas saat itu juga karena tingkah menyebalkan kita sendiri

Enterpreneur, Travel Blogger, Instagramer, Hotel & Resto Reviewer, Fuji Film User.
21 Responses
  1. Evi Indrawanto

    Pegel hati ya kalau jalan bersama teman teman baru dikenal dan tak kenal aturan main Open trip. Saya bisa membayangkan betapa menyebalkan ditinggalkan begitu saja oleh sekelompok orang yang merasa dirinya lebih penting 🙂

    1. Anthony Leonard

      Betul mba dan mereka ga berani negliat kita sama sekali, karena ujungnya kita yang nungguin mereka hahaha

  2. Budy | www.travellingaddict.com

    Bagus juga nih postingannya supaya orang2 yg ikutan opentrip ga egois dalam segala hal. 🙂

Leave a Reply