Benang Stokel & Benang Kelambu di Kaki Rinjani

Langkahku meninggalkan jalan rapi beraspal. Tanah berselimut gugur dedauan membujur di depanku. Akar menyeruak liar dari dalam bumi memaksaku untuk melangkah lebih lebar. Tak lama berselang sejak mentari menyapa hangat. Kini hangatnya tertahan diantara jalin pekat rimba. Hanya sesekali saat angin menabuh dedaunan menyisakan ruang kecil untuk hangat mentari menerpaku. Di kaki Rinjani, sebilah papan lusuh bertuliskan “Benang Stokel-500 meter / Benang Kelambu 1 kilometer”

Sendiri kumenembus rimba di Kaki Rinjani namun sepertinya sejak tadi pagi banyak orang lalu lalang di setapak ini. Semakin ke dalam dedaunan tak lagi menutupi jalanku. Seakan tersingkirkan oleh kehausan manusia merepih alam, dedaunan memilih menepi memberi jalan bagi yang melintas. Pun dengan jalinan ranting yang memayungi perlahan-lahan menguak mengijinkan mentari menyapa bumi. Di ujung setapakku berbaris ratusan anak tangga yang tertata rapi. Ahhh… ini yang akan ku temui setiap berkunjung ke air terjun, curug, coban, cunca apapun itu namanya.

Benang Stokel

Tak terdengar sedikit pun gemericik air saat ku mulai menuruni anak tangga hingga di belokkan terakhir saat terlihat jembatan kuning yang melintas di atas sungai kecil, baru terdengar sayup-sayup gemuruh air. Seorang pemandu lokal yang menunggu tamunya bermain air tersenyum sambil berkata “Di sini spot untuk melompat, mau coba mas? Dari ketinggian 11 meter menuju kolam kecil di bawahnya yang terlihat suram tertutup bayang-bayang tebing karena mentari sudah terlalu condong di ufuk Barat.
 

Benang Stokel memiliki 2 aliran air terjun

Aku menghiraukan sang pemandu dengan melempar senyum, aku memilih mengikuti aliran sungai kecil. Hanya beberapa langkah dari jembatan kuning, air terjun Benang Stokel berdiri kokoh. 2 aliran air terjun jatuh ke dalam kolam kecil di bawahnya dari ketinggian 10 meter, sayang saat itu debit air tidak terlalu besar. Benang Stokel yang menurut warga lokal menyerupai gumpalan benang yang diikat menjadi satu tak terlalu tampak nyata saat itu. Airnya terlebih dahulu terhembus angin sebelum sempat membentuk “siluet benang” dengan sempurna. Sempatku mencelupkan kaki, dingin menyegarkan. Aliran air ini kabarnya bersumber dari Danau Segara Anakan di puncak Rinjani. Dewi Anjani sang penguasa Rinjani dikisahkan sering membasuh rambutnya di sini sehingga masyarakat mempercayai kalau air dari Benang Stokel memiliki khasiat awet muda.
 

Mengalir dari ketinggian 10 meter

Tak banyak pengunjung di Benang Stokel, mungkin karena air yang tak terlalu besar. Hanya ada beberapa anak muda bermain air di kolam. Di pendapa yang tersebar dekat lokasi air terjun terhuni oleh beberapa pelancong yang baru saja turun dari tangga kecil di sisi kiri Benang Stokel. Rupanya mereka baru saja kembali dari Benang Kelambu. Berbaring berusaha mengumpulkan sisa tenaganya untuk melanjutkan perjalanan pulang.
 

Relatif aman untuk bermain air di sini

Giliranku untuk meniti jalan kecil di samping air terjun Benang Stokel. Gelap kembali menyelimuti bahkan lebih pekat dari sebelumnya karena mentari kini setengah bersembunyi di balik awan. Jalan menuju Benang Kelambu lebih menguras tenaga dibanding Benang Stokel. Beberapa kali aku harus berhenti di jalan yang terus menanjak dan berkelok, menghela nafas, menghirup dalam-dalam harum lembab tanah basah. Tak perlu khawatir kehausan di sini, satu dua warung terlihat menjajakan minuman dingin yang sangat menggoda. Bangunan bekas warung tak berhuni pun kadang ku gunakan untuk mengistirahatkan raga.
 

Mengalir di sela-sela pepohonan

Kembali anak tangga mengakhiri jalan setapakku, namun kali ini aku berjalan menuruni anak tangga bersisian dengan tebing berbalut hijau daun dan curah air yang menyeruak membentuk tirai kelambu putih. Teriakan riang pelancong terdengar riuh di bawah sana. Sepertinya keramaian terpusat di Benang Kelambu meninggalkan Benang Stokel yang meradang. Jika bisa dibandingkan, Benang Kelambu memang jauh lebih unik dibanding Benang Stokel. Air mengalir halus di sepanjang tebing, tak deras namun seirama membentuk kelambu yang melapisi tebing hijau.
 

Terdiri dari 3 undakan

Benang Kelambu memiliki beberapa tingkatan air terjun dengan total ketinggian mencapai 50 meter. Kolam kecil terdapat di ujung aliran Benang Kelambu sebelum akhirnya mengalir menghilang berkelok di kejauhan. Ya… aliran dari Danau Segara Anakan mengalir terlebih dahulu ke Benang Kelambu, memecah di antara semak pohon rambat yang melekat pada dinding tebing, menuju kolam penampungan lalu turun mengaliri Benang Stokel. Ironis memang kehadiran kolam ini, di satu sisi menambah minat pelancong namun di sisi lain mengusik alaminya Benang Kelambu, belum lagi bangunan kamar bilas berwarna kuning cerah.

Kolam yang menampung air sebelum mengaliri Benang Stokel

Mentari meringkuk sepenuhnya di balik awan. Tebing yang mengapit membuat suasana semakin suram. Aku harus segera beranjak meskipun rombongan keluarga besar dari negeri serumpun baru saja tiba sambil terkesima menatap “kelambu” putih. Aku bergegas menaiki anak tangga, terbayang sudah pendapa di dekat Benang Stokel akan menjadi tempatku merebahkan diri. Berkelok naik dan turun melintasi warung-warung yang tadi sempat kusinggahi tak terasa aku sudah tiba di Benang Stokel yang kini malah lebih ramai dari sebelumnya. Pulang kulanjutkan tanpa singgah di pendapa, tak terasa hanya 30 menit aku kembali menemukan papan lusuh di ujung jalan setapakku. Sesaat keluar dari pekat rimba di kaki Rinjani, di sini ternyata mentari masih bersinar menyisakan hangatnya. Beberapa kendaraan bahkan baru merapat. Selamat menyisir kaki Rinjani, selamat membasuh lelah di Benang Stokel ,dan selamat terpukau di Benang Kelambu.
 

Keindahan di kaki Rinjani

Catatan C4ME :
1. Memakan waktu 1-1.5 jam untuk menuju ke Benang Kelambu dan Benang Stokel dengan rute Mataram-Narmada-Sedau-Pancor Dau-Teratak-Desa Aik Berik.
2. Terdapat jasa pemandu jika memang membutuhkan, namun jalannya relatif aman dengan satu rute sehingga tidak mungkin tersasar.
3. Berhati-hati jika ingin melompat dari air terjun karena tidak ada petugas yang menjaga dan sepertinya di titik ini tidak diresmikan sebagai titik lompat

Enterpreneur, Travel Blogger, Instagramer, Hotel & Resto Reviewer, Fuji Film User.
10 Responses

Leave a Reply