Wihara Satya Dharma, Bersinar di Tepi Tol Bali Mandara

Rasa penasaranlah yang membuat saya melangkah menuju bangunan merah menyala di tepi jalan tol Bali Mandara. Kerap kali bangunan ini menyita perhatian saya namun kadang pelatarannya yang sepi membuat saya mengurungkan niat untuk menyambangi bangunan megah ini. Belum lagi pacu pesat kendaraan sesaat memasuki gerbang tol kadang membuyarkan penasaran saya. Tak ayal saya hanya memandang dari jendela kendaraan menjauh darinya. Kali ketiga saya disapa naga-naga yang meliuk indah di atap bangunan. Saya mengenyahkan lalu lalang kendaraan. Tidak…kali ini…Saya harus menyambanginya!

Wihara Satya Dharma, Bali, berdiri megah berlatar langit membiru di Pulau Dewata. Warna merah menyalanya terlihat kontras dengan mega yang menggantung. Dua naga meliuk di puncak atap bangunan bermain dengan bola api. Ukirnya terlihat jelas dengan warna yang masih berbinar diterpa sengat matahari. Baru 4 tahun umurnya. Tak heran warna-warnanya masih tegas dan fisiknya masih kekar. Berbeda dengan Brahmavihara Arama yang terlihat kental akulturasi budaya Hindu Budha, di Wihara Satya Dharma terpampang jelas arsitektur khas tirai bambu.

Naga sebagai simbol kemakmuran
Naga sebagai simbol kemakmuran
28 Juni 2016 rampung didirikan
28 Juni 2016 rampung didirikan
Sejenak setelah memarkirkan kendaraan, saya memastikan apakah boleh mengambil gambar di wihara ini. Ragu menyergap ketika ada tatapan penuh selidik seorang bapak dari sudut bangunan seluas 8.200 meter persegi. Saat saya bertanya apakah boleh mengambil gambar di dalam, beliau ternyata menjawab dengan cukup ramah. “Boleh” kata beliau “Tapi jangan di altar utama yaa..” Saya juga kurang mengerti kenapa tidak boleh, karena ada beberapa wihara yang membebaskan untuk berfoto dimana pun asal tidak menganggu umat yang bersembahyang. Paling tidak saya sudah mengantongi izin dan bisa mengambil gambar dengan tenang.
Bao An Gong, aksara China yang menggantung di pintu utamanya yang berarti Kuil Penjaga Keamanan.
Bagian muka wihara
Bagian muka wihara
Hiasan hingga ke langit langit
Hiasan hingga ke langit langit
Wihara yang berdiri di kawasan Pelabuhan Benoa ini sangat kental dengan arsitektural China. Simetris antara kanan dan kiri, ruang depan layaknya ruang tamu berlanjut halaman dalam dengan bukaan yang membiarkan hangat matahari menerobos masuk lalu bangunan utama dengan dewa utamanya. Wihara ini memuja Dewa Nezha (Na-Cha) yang sering digambarkan sebagai anak kecil yang mengendarai roda api. Pemujaan Nezha sebagai bentuk permohonan untuk melindungi nelayan-nelayan yang melaut atau yang berhubungan dengan perjalanan, pelayaran dan perdagangan. Tak heran wihara ini berdiri di tepi laut. Langit-langit di dalam wihara sangat tinggi sehingga terasa sejuk di tengah Bali yang menyengat. Pilar-pilar berukir naga menjadi penyokong langit. Konon, material bangunan dan ornamen-ornamen yang ada didatangkan langsung dari negeri China.
Penuh dengan ornamen yang detail
Penuh dengan ornamen yang detail
Saat itu memang tak banyak umat yang beribadah, hanya satu dua yang bersembahyang khusyuk tak menggubris kehadiran saya. Dari salah seorang petugas kebersihan saya mendapat cerita kalau wihara ini termasuk wihara termegah di Bali. Menjelang Imlek, Lampu berpendar meriah kala senja bergulir. Wihara ini akan ramai diserbu warga penganut agama Budha dan wisatawan. Saat imlek akan diadakan pertunjukan Barongsai dan tarian naga. Yang luput saya tanyakan adalah, apakah perayaan Cap Go Meh akan meriah juga di Wihara Satya Dharma?
Bagian dalam wihara
Bagian dalam wihara
Salah satu dewa yang ditinggikan
Salah satu dewa yang ditinggikan
Rasa penasaran saya sudah terjawab. Wihara ini membuka pintu untuk siapapun tanpa terkecuali untuk berkunjung dan mengagumi arsitektur, ornamen serta cerita dibalik Wihara Satya Dharma, asal tak menganggu umat yang beribadah dan mematuhi peraturan wihara dan pengurus wihara. Saat beranjak pergi tak lupa saya mengucap terima kasih kepada bapak yang bergeming dari tempat duduknya. Kini senyumnya mengembang sambil melambaikan tangan
Menghormati jika ada umat beribadah
Menghormati jika ada umat beribadah

Catatan C4ME :
1. Wihara ini terletak di tepi jalan tol Bali-Mandara. Warnanya yang mencolok membuat mudah untuk ditemukan.
2. Pembangunan hanya memakan waktu 6 tahun dan diresmikan 22 Agustus 2012 oleh wakil gubernur Bali.
3. Tidak ada biaya masuk.
4. Pengunjung diharap menjaga ketenangan, kebersihan dan menghormati umat yang beribadah.

Berdiri megah di tepi tol Bali Mandara
Berdiri megah di tepi tol Bali Mandara

Enterpreneur, Travel Blogger, Instagramer, Hotel & Resto Reviewer, Fuji Film User.
2 Responses

Leave a Reply