Tak bisa dipungkiri nama Belitung meroket setelah film Laskar Pelangi. Pantai berpasir putih dengan bongkahan-bongkahan batu besar ditampilkan begitu indah di layar lebar. Seketika itu juga wisata Belitung menjadi buah bibir. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dan banyaknya tempat wisata di Belitung menjadi primadona kala itu. Pulau Belitung sendiri terletak di pesisir timur Sumatra Selatan. Hanya butuh waktu sekitar 45 menit menggunakan penerbangan dari Jakarta.
Pulau Lengkuas, Batu Burung Garuda, Tanjung Tinggi, Tanjung Kelayang, Wihara Dewi Kwan Im, Museum Kata, Danau Kaolin…begitu kira-kira yang ditawarkan penggiat wisata untuk para wisatawan. Hingga pada 2017 muncul destinasi wisata baru yang berbeda. Jika sebelumnya menitik beratkan ke pantai, hadirnya wisata dataran tinggi membuat wisata Belitung menjadi lebih beragam.
PAK ADONG, PEDULI BUKIT PERAMUN
Adalah Bukit Peramun, teletak di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, sekitar 30 menit dari pusat kota. Bukit berketinggian 129 mdpl yang di kelola oleh HKM Air Selumar (ARSEL) Community menyajikan wisata alam, trekking menembus hutan, spot selfie dan yang utama adalah wisata edukasi dengan basis digital. Rasa-rasanya ini yang pertama di Indonesia.
Dinamakan Bukit Peramun karena di hutannya terdapat sekitar 147 jenis tumbuhan yang 60 persennya dapat digunakan sebagai ramuan obat herbal. Maka dari itu disebut Bukit Peramun. Warga lokal saat ini masih diperbolehkan untuk mengambil beberapa jenis tumbuhan untuk konsumsi sendiri.
Ketua Komunitas Arsel, Pak Adong adalah salah satu orang yang berjasa mengembangkan dan melestarikan Bukit Peramun. Banyak ide-ide liar beliau yang justru menjadikan Bukit Peramun semakin menarik. Salah satunya adalah penggunaan aplikasi di smartphone untuk mendapatkan penjelasan atau informasi tentang Bukit Peramun. Walaupun wajib didampingi pemandu untuk alasan keamanan utamanya, semua pengunjung bisa mengunduh beberapa aplikasi seperti Peramun Hill Virtual Guide, KePo (Kenali Pohon), Virtual Zoo serta QR Code Scanner untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, menarik dan atraktif tentang Bukit Peramun.
WISATA DIGITAL BUKIT PERAMUN
Peramun Hill Virtual Guide adalah aplikasi pertama yang akan menjelaskan secara detail tentang Bukit Peramun. Titik-titik mana saja yang wajib dikunjungi. Pengunjung hanya tinggal mengarahkan smartphone ke arah poster atau banner lalu muncullah video penjelasan tentang Bukit Peramun. Setelah mendapatkan gambaran, pengunjung memulai trekking menembus hutan. Sepanjang perjalanan, di beberapa pohon dibubuhi dengan kode yang bisa dipindai menggunakan aplikasi KePo untuk mendapatkan penjelasan berupa video animasi tentang pohon tersebut. Bagi yang lebih senang membaca, bisa menggunakan aplikasi QR Code Scanner untuk mendapat informasi lengkap tentang pohon dalam bentuk teks. Lalu ada pula aplikasi Virtual Zoo, di beberapa titik terdapat kode yang jika dipindai akan menampilkan hewan-hewan virtual, seperti Serigala atau Elang. Jadi pengunjung bisa berfoto, seakan-akan sedang berdampingan dengan hewan-hewan liar.
Bukit Peramun juga memiliki beberapa titik selfie disepanjang perjalanan menuju puncak Peramun. Dengan kemiringan 30 derajat dan rute sepanjang kurang lebih 500 meter, jika ditempuh tanpa henti hanya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit untuk sampai ke puncak. Tapi yakin mau melewatkan titik-titik selfie begitu saja? Saat ini ada 3 titik selfie, yaitu Batu Kembar, Batu Ampar / Mobil Terbang dan Puncak Peramun. Jembatan Merah dan Shelter Pohon saat ini sedang dalam proses penyempurnaan agar lebih aman untuk pengunjung.
SELFIE BUKIT PERAMUN
Batu Kembar berada di ketinggian 90 mdpl. Cerita yang berkembang, dulu tempat ini adalah lokasi upacara adat untuk para remaja yang memasuki usia dewasa agar dimudahkan jodohnya. Barang siapa yang bisa menyentuh kedua batu dengan satu rentangan tangan maka akan dimudahkan jodohnya, sementara bagi yang sudah menikah akan lebih harmonis lagi. Di ketinggian 100 mdpl terdapat Batu Ampar. Semacam pelataran besar dari batu yang memiliki pemandangan lepas ke hutan Bukit Peramun. Di sini diletakkan mobil sebagai area untuk berfoto. Terbayangkah bagaimana sulitnya para pemuda setempet menggotong mobil utuh hingga ke tempat ini? Tapi nyatanya memang menjadi suatu yang unik untuk lokasi berfoto. Dari Batu Ampar juga pengunjung bisa menyaksikan matahari terbit. Terakhir adalah Puncak Bukit Peramun yang berada di ketinggian 129 mdpl. TIngginya memang tak semenjulang bukit atau gunung pada umumnya, tapi view dari sini tak kalah indah dengan hamparan hutan dan laut diujung garis cakrawala. Bagi penikmat senja, Puncak Bukit Peramun yang menghadap Barat bisa menjadi tempat yang tepat asal bekali diri dengan penerangan karena tidak ada penerangan sama sekali saat kembali turun.
BAKTI BCA BUKIT PERAMUN
Selesai “menjelajah” Bukit Peramun pengunjung bisa beristirahat di Balai Bulin. Bangunan semacam aula ini bisa difungsikan ketika ada acara-acara khusus atau sekadar beristirahat. Balai Bulin baru saja diresmikan sebagai salah satu program CSR Bakti BCA. Bukit Peramun adalah salah satu desa binaan Bakti BCA di Pulau Belitung. Selain melakukan pembangunan Balai Bulin, BCA juga melakukan pembinaan berupa pelatihan kepada warga lokal salah satu contohnya adalah mengenai servis. Jadi jangan heran kalau bapak-bapak pemandu di sini terlihat sangat profesional. Pelatihanpun dilaksanakan dengan contoh konkrit seperti mengajak warga lokal merasakan perbedaan servis dari hotel yang baik dan yang kurang baik. Sehingga warga bisa menerapkan langsung bagaimana cara melayani pengunjung yang datang dengan baik.
MALAM DI BUKIT PERAMUN
Bukit Peramun bukan hanya bisa dinikmati saat siang hari. Selepas menyantap hidangan Bedulang, kuliner lokal yang diletakan di dalam nampan bulat berisikan 5-6 lauk pauk, jika beruntung, pengunjung bisa melihat Tarsius di habitatnya langsung. Hewan nocturnal sebesar kepalan tangan ini termasuk hewan yang sangat langka. Sulit untuk bisa berjumpa dengan hewan ini karena bentuknya yang kecil dan hanya aktif saat malam hari. Kami cukup beruntung bisa menyaksikan Tarsius Belitung di habitatnya langsung. Tanpa banyak bersuara, tanpa lampu blitz dan harus menyudahi pengamatan ketika Tarsius sudah mulai melompat atau berpindah tempat. Tandanya hewan ini mulai merasa tak nyaman dengan kehadiran manusia.
Bukit Peramun bagai angin segar yang menyemarakan ragam wisata di Belitung. Jika punya waktu banyak memang lebih mengasyikan untuk menjelajah Bukit Peramun dari sore hingga malam hari. Pemandangan langit bertabur bintang saat malam hari juga salah satu keindahan Bukit Peramun yang tak boleh dilewatkan. Terima kasih kepada Pak Adong, warga lokal yang telah merantau dan kembali pulang ke kampung halamannya untuk menjaga dan mengembangkan wisata Bukit Peramun. Dan tentunya sumbangsih dari BCA dalam program Bakti BCA yang menjadikan Bukit Peramun sebagai destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Belitung.
Catatan C4ME :
- Harga tiket masuk sebesar Rp 10.000,- sudah termasuk pemandu
- Gunakan pakaian yang nyaman karena kondisi yang cukup lembab dan banyak serangga
- Patuhi larangan dari pemandu karena di beberapa titik tidak ada pagar pembatas
- Baiknya menginstall aplikasi saat belum memasuki hutan karena keterbatasan sinyal