Matahari terbit di Bromo dan berkunjung ke Batu

Siapa tak kenal Bromo? Rasa-rasanya warga Indonesia wajib menyempatkan sekali dalam seumur hidupnya untuk mengunjungi kawasan Bromo. Bukan apa-apa, konon Bromo digadang-gadang sebagai salah satu tempat terindah untuk menyaksikan matahari terbit.

Tak heran banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Bromo. Menjelang akhir pekan dan musim libur dipastikan Bromo dan sekitarnya akan padat pengunjung.

Bromo yang terkenal karena indahnya
Bromo yang terkenal karena indahnya

Untuk menghemat waktu dan lebih leluasa menjelajahi Bromo, saya sarankan untuk bermalam di area Cemoro Lawang. Cemoro Lawang adalah desa yang paling dekat dengan pintu masuk kawasan Bromo. Di sini sudah dipadati oleh penginapan dari kelas homestay hingga hotel berbintang.

Desa yang terletak di ketinggian 2.200 mdpl ini dapat diakses melalui Jalan Pasuruan-Probolinggo ke arah Desa Ngadisari. Jalan di sini sudah sangat baik namun kontur jalan yang turun naik dan berkelok-kelok membutuhkan perhatian ekstra dari pengemudi.

Selesai dengan urusan penginapan, jika berkunjung saat musim liburan lebih baik langsung mencari jeep untuk mengantar ke daerah Pananjakan untuk menikmati matahari terbit. Jeep-jeep ini dikelola oleh paguyuban dan sepertinya mereka juga sudah menempatkan staffnya di masing-masing penginapan untuk mempermudah proses penyewaan jeep.

Dua kali saya berkunjung, sangat mudah untuk menyewa jeep. Tarif sewanya Rp 550.000,- per jeep dengan isi 5 orang. Salah seorang pengemudi meyakinkan saya kalau harga sewanya dimanapun sudah seragam karena dikelola Paguyuban tadi.

Jika ada yang memberi harga lebih mahal bisa dikenakan sanksi…begitu ucap beliau. Untuk harga 550.000,- biasanya sudah termasuk mengunjungi Pananjakan, Bromo, Pasir Berbisik dan Teletubbies.

Jeep untuk berkeliling Bromo
Jeep untuk berkeliling Bromo

Untungnya mendapatkan penginapan yang semakin dekat dengan pintu masuk Kawasan Bromo adalah, kita tidak perlu bangun terlalu awal. Jam 3.30 atau 4 dini hari pun masih terkejar untuk menyaksikan matahari terbit. Perjalanan ke atas memakan waktu 30 menit.

Perjalanan pergi memang tak banyak yang bisa dilihat karena kondisi masih gelap total. Yang pasti, jalanan akan semakin menanjak dan berkelok-kelok parah. Sepenuhnya kita hanya menggantungkan nasib pada kemahiran sang pengemudi. Apalagi jika kondisi berkabut, rasanya hanya bisa berdoa… Selamatkanlah kami….

Kini ada beberapa titik untuk menyaksikan matahari terbit. Sekitar 7-8 tahun lalu, hanya ada Pananjakan. Tapi terakhir saya mengunjungi Bromo, sudah ada bukit Kingkong. Lalu terakhir yang baru saja rampung adalah Puncak Seruni.

Semua titik ini menghadap langsung ke komplek pegunungan Tengger dengan latar Gunung Semeru yang megah.

Spot Bukit Kingkong
Spot Bukit Kingkong

Sambil menunggu, di kawasan ini sudah banyak tersedia warung-warung yang menyediakan minuman hangat dan mie instan untuk menghangatkan dan mengganjal perut di pagi buta. Untuk yang merasa dingin, di sini juga dijajakan sarung tangan, syal dan topi rajut dengan kisaran harga 10-20 ribuan. Untuk jaket pun ada jasa penyewaan dengan harga sekitar Rp 25.000 per jaket. Ini sangat memudahkan pengunjung yang ‘ogah’ berat-berat membawa jaket tebal.

Selesai menghangatkan badan, sebaiknya langsung mencari tempat untuk menyaksikan matahari terbit. Saat musim liburan, di barisan terdepan sudah dapat dipastikan dijejali oleh tripod kamera yang sudah berdiri tegak bagai pagar pembatas.

Jika memang tak dapat tempat terdepan, tak ada salahnya meminta baik-baik untuk bergantian. Saya yakin dengan suasana syahdu seperti ini, suasana hati juga sedang baik dan gembira, jadi jika kita meminta dengan baik-baik untuk bergantian, pasti diberikan.

wisata di malang, Bromo yang menawan
Bromo yang menawan

Dari Bukit Kingkong, selesai mengabadikan indahnya Bromo, kita bisa lanjutkan dengan mengabadikan indahnya Cemoro Lawang dari ketinggian. Seingat saya, pemandangan ini tidak didapat dari Pananjakan. Cemoro Lawang terlihat indah dan magis sekaligus saat masih terselimuti kabut. Perlahan-lahan kabut tersingkap menampakan pohon-pohon hijau dan rumah-rumah kecil bak maket.

Cemoro Lawang dari ketinggian
Cemoro Lawang dari ketinggian

Selesai menikmati matahari terbit, kita akan diajak menuju Bromo. Rute yang dilewati saat pergi kini baru terlihat bahwa jalan yang hanya selebar badan jeep ini ternyata tak berbatas apa-apa di satu sisinya alias langsung jurang. Terbayang betapa hebatnya pengemudi jeep ini mampu berkendara dalam gelap.

Memasuki Bromo, jeep kami disambut oleh pengendara kuda yang menyewakan kuda untuk ditunggangi dari area parkir jeep hingga kaki Bromo. Memang jaraknya cukup jauh melewati lautan pasir dan satu pura yang sampai saat ini masih digunakan oleh Suku Tengger, suku asli yang menghuni area Bromo untuk melakukan upacara keagamaan seperti Kasada.

Selepas pura ini, jalan mulai menanjak, sedikit menyulitkan karena kita harus berbagi jalan dengan arus balik pengunjung plus lalu lalang kuda. Belum lagi harus awas dengan jalan kalau tidak mau menginjak kotoran kuda. Untuk menuju ke puncak Bromo, kita harus melewati sekitar 270 anak tangga.

Harap bersabar jika sedang penuh karena di puncak Bromo memang bukan pelataran yang luas sehingga harus bergantian untuk melihat kawah Bromo.

Sewa kuda
Sewa kuda
Pura di tengah lautan pasir
Pura di tengah lautan pasir
Kawah Bromo
Kawah Bromo

Setelah dari Bromo, perjalanan akan dilanjutakan ke Pasir Berbisik. Area ini sebenarnya hanya lautan pasir yang namanya mencuat setelah shooting film Pasir Berbisik. Yang menarik adalah adanya patok-patok yang sempat saya tanyakan fungsinya kepada pengemudi jeep.

Jadi selain sebagai penuntun jalan, patok ini juga menandakan bahwa jeep tidak boleh melintas di area dalam patok karena terdapat alat pemantau aktivitas gunung. Seperti diketahui bahwa Bromo adalah salah satu gunung yang cukup aktif bergejolak.

Pasir berbisik
Pasir berbisik

Selesai dari Pasir Berbisik, perjalanan dilanjutkan ke Bukit Teletubbies. Area ini dipenuhi bukit-bukit menghijau yang bentuknya mirip dengan setting film Teletubbies. Kenyataannya kini semua area berbukit hijau pasti disebut sebagai Bukit Teletubbies.

Bukit Teletubbies
Bukit Teletubbies

Wisata lain yang bisa dikunjungi??

Berkunjung ke Bromo dan sekitarnya sebenarnya hanya dibutuhkan waktu 1 hari, jadi selesai dari Bromo, kita masih bisa mengunjungi lokasi-lokasi lain yang masih berdekatan. Semisal mengunjungi daerah Batu. Hanya dibutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit untuk mencapai Kota Batu. Berbeda dengan Malang, Batu masih memiliki udara yang cukup sejuk dan segar. Lalu ada apa saja di Batu?

Batu Night Spectaculer

Destinasi wisata ini hanya buka menjelang malam. Isinya? Lebih menyerupai pasar malam dalam bentuk modern. Ada taman hiburan dengan berbagai wahana untuk anak-anak dan dewasa. Dari komedi putar hingga roller coaster bahkan rumah hantu pun ada di sini. Kios-kios yang menjajakan suvenir pun berjajar di area food court. Ya..di sini pengunjung juga difasilitasi dengan pusat kuliner dengan langit-langit yang menampilkan video mapping. Yang paling terkenal di BNS adalah Taman Lampionnya. Untuk masuk ke area ini, pengunjung harus membeli tiket terpisah.

Taman Lampion
Taman Lampion

Coban Rondo

Air terjun ini terletak tak begitu jauh dari Kota Batu hanya sekitar 30 menit, tepatnya berada di wilayah Pujon. Untuk menemukannya pun tak sulit karena sudah banyak penunjuk arah menuju ke air terjun setinggi 80 meter ini. Setahu saya, air terjun ini dikelola dengan sangat baik. Dulu sewaktu saya mengunjungi air terjun ini masih belum ada fasilitas lainnya namun sudah cukup rapi dengan paving block plus beberapa warung, toilet dan gazebo untuk beristirahat. Kini sudah dilengkapi dengan taman labirin, area kemah serta wahana paintball. Untuk menuju ke air terjun ini pun tak sulit. Jalannya relatif landai dan singkat.

Coban Rondo
Coban Rondo

Selecta

Cukup bergerak ke arah Utara sejauh 8 kilometer, taman Selekta bisa kita kunjungi. Taman ini terletak di ketinggian 1150 mdpl sehingga beriklim cukup sejuk. Taman ini termasuk tempat rekreasi tertua di Kota Batu. Tujuan utama pengunjung adalah untuk menikmati kebun bunga yang terawat dengan sangat baik. Selain itu ada pula kolam renang yang cukup banyak dengan berbagai wahana seperti water slide untuk dewasa dan anak-anak.

Taman Selecta Batu
Taman Selecta Batu

Jadi, punya waktu 2-3 hari untuk berlibur?? Bromo dan sekitarnya sangat layak untuk dijadikan pilihan. Terlebih lagi, pastinya kita tidak mau kalah kan oleh wisatawan asing yang mengagumi matahari terbit di Bromo. Sepatutnya sebagai tuan rumah kita juga harus berkunjung dan mengabarkan indahnya Bromo.Destinasi liburan favorit

Enterpreneur, Travel Blogger, Instagramer, Hotel & Resto Reviewer, Fuji Film User.
12 Responses
  1. Sofie

    Citizen spt ini yang mendukung wisata Indonesia,Ulasannya menjelaskan tempat dan situasi serta foto yang mendukung, thumbs up….boleh tau berapa hari dan berapa malam untuk dapat tempat wisata itu semua….excited!

  2. TC

    hai anthony, mohon informasi lebih lanjut donk tentang tukang ojek yang ada di sekitar bromo. apakah mereka bisa antar kita ke kota malang (bandara) ya? really need your info. Thank you

  3. Linda

    sudah lama saya ingin ke bromo dan malang, blm kesampaian juga sampai sekarang 🙁
    semoga akhir tahun ini bisa berangkat

Leave a Reply