Mungkin belum banyak turis lokal yang rela menghabiskan waktu hampir 3 jam di jalan menjauhi pusat keramaian kota Bali hanya untuk menikmati pantai. Bisa jadi beberapa orang lokal dengan bernada nyinyir berkata, “Kurang banyak itu pantai yang berjajar di Bali Selatan?”
Tidak pernah ada kata cukup untuk menikmati pantai, apalagi jika pantai itu berair jernih dan sepi
Amed terletak di Desa Purwakerti, Karangasem. Dari Kuta atau Denpasar menghabiskan waktu 2.5-3 jam. Saya mengambil rute Klungkung—Padangbai—Karangasem melintasi Tirta Gangga hingga tiba di Amed.
Rute yang cukup banyak terdapat patroli polisi. Sedikit saran mungkin untuk wisatawan lokal akan lebih aman jika ada yang duduk di samping bangku pengemudi sehingga tidak terlalu terlihat sebagai wisatawan yang menyewa mobil. Sekedar jaga-jaga karena kabarnya ada beberapa oknum yang “usil” jika menemukan wisatawan yang menyewa mobil.
Buah dari kesabaran selama 3 jam adalah pemandangan bawah laut dan perbukitan Amed yang sangat indah.
Memang saya tidak sempat menyaksikan langsung keindahan bawah laut Amed, tapi Amed telah dinobatkan sebagai salah satu titik penyelaman terbaik di Bali. Surga untuk penggila snorkeling dan diving. Cukup menyewa alat snorkeling (Snorkel dan Fin) Rp 50.000,-, kita sudah bisa melihat warna-warni terumbu di Amed.
Belum lagi dengan menyewa kapal seharga Rp 500.000,- kita bisa di bawa menyaksikan reruntuhan kapal perang Jepang saat perang dunia ke II yang sekarang telah berubah menjadi rumah bagi ratusan biota laut.
Keindahannya tidak terhenti sebatas pemandangan bawah laut saja, Bukit Jemeluk juga salah satu spot yang wajib dikunjungi untuk melihat keindahan Amed dari ketinggian.
Dari atas bukit, pemandangan menuju samudera luas terlihat sangat menawan dengan latar belakang Gunung Agung. Sepertinya mata dimanjakan layaknya mulut saat masuk ke restoran Buffet. Pemandangan barisan bukit, laut yang tenang dan jernih memungkinkan kita melihat terumbu serta Gunung Agung yang berdiri megah bagaikan menu Buffet kelas bintang 5 yang mengenyangkan sang mata.
Kita juga bisa menyaksikan perahu-perahu nelayan (jukung) yang lalu lalang mengantar wisatawan bermain air.
Menjauhi keramaian menuju keindahan saya rasa tidak ada salahnya. Amed dengan pantai berpasir hitamnya menawarkan “menu” yang istimewa dibanding pantai-pantai Selatan Bali yang sudah ramai disambangi wisatawan.
Pemandangan bawah laut, pemandangan atas bukit, matahari terbit lengkap tersedia di sini. Untuk urusan akomodasi pun terbilang mudah karena penginapan dan restoran berbagai kelas sudah menjamur.
Apalah artinya 3 jam jika bisa menyaksikan keindahan Bali Timur yang teramat istimewa di Amed.
Note:
Harga yang tertera adalah saat kunjungan tahun 2015, mungkin sudah terdapat perubahan harga.
3 tahun di sana, belum puas menjelajahi
3 tahun aja ga puas apalagi yang cuma ba dateng setaon sekali om hehe.
Hmmm… jadi penasaran; apa yang akan dilakukan polisi 'usil' terhadap wisatawan? bukankah kita semua sudah punya sim dan kendaraan sewaan dilengkapi surat-surat?
Menurut driver rental mobil, polisi patroli sana ada aja alasannya utk menarik "sumbangan" minimal 100 ribu hhehe
Minggu depan bakalan ke sini, semoga menemukan keindahan yang kayak kamu sampaikan ya Leo, btw jadi ingetin aku buat beli kacamata renang dan bawa Fin…thanks