Keluar masuk gua di Buton Tengah, Negeri 1000 gua

Pantai dan gunung…bagi penikmat wisata alam, mungkin 2 destinasi inilah yang kerap muncul di benak. Pernah berpikir tentang gua sebagai tujuan wisata? Coba berkunjung ke Buton Tengah. Bukan cuma 1-2-5 atau 10 gua, ada ratusan gua tersebar di Buton Tengah. Gua kering, gua basah, gua darat, gua bawah laut bahkan ada banyak gua yang belum dibuka untuk umum karena masih dalam tahap pemetaan. Kalau sudah bosan dengan tujuan wisata yang itu-itu saja, wisata gua bisa menjadi alternatif wisata baru.

Eksplor Buton Tengah
Eksplor Buton Tengah

Buton Tengah bisa dijangkau dari Jakarta menggunakan Pesawat hingga ke Makassar, lanjut dengan pesawat ATR ke Bau-bau, lalu menggunakan perahu selama 30 menit menuju ke Pulau Muna. Buton Tengah berada di bagian selatan Pula Muna. Selama 1 minggu di Buton Tengah, ada beberapa gua yang sempat saya, teman-teman blogger dan Ayo Jalan-Jalan kunjungi.

Gua / Pemandian Ma’obu

Gua ini memang difungsikan sebagai pemandian untuk warga setempat. Letaknya tak jauh dari jalan raya yang sudah beraspal. Hanya perlu menuruni beberapa anak tangga untuk sampai di Gua Ma’obu. Dari ketinggian, warna birunya terlihat sangat menggoda untuk diselami. Nyali saya sempat menciut ketika tahu kedalaman Gua Ma’obu mencapai 8 meter. Saking jernihnya, ketika matahari tepat menyinari air Ma’obu, dasar kolamnya pun terlihat dengan jelas.

Gua Maobu
Gua Maobu

Dengan kedalaman 8 meter, Gua Ma’obu juga bisa digunakan sebagai arena untuk cliff jumping. Ada beberapa spot untuk menguji adrenalin. Tak lama berselang, segerombolan pemuda lokal sudah unjuk kebolehan melayang menceburkan diri di Ma’obu.

Pemanduk lokal meyakinkan kami untuk mencicipi sejuk air Ma’obu. Setelah menceburkan diri, memang Ma’obu memang diperuntukan bagi yang mahir berenang saja. Airnya payau, tak seperti air asin yang mudah untuk tubuh mengapung. Airnya pun ternyata tak terlalu dingin, cukup segar untuk membasuh peluh saat udara Buton Tengah terasa lembab.

Gua Koo

Melihat lubang besar menganga, mengingatkan saya akan Gua Jomblang di Gunung Kidul. Sayang saya tak mendapat cerita lahirnya Gua Koo. Tapi melihat kondisinya, saya menduga dataran di atas Gua Koo pernah runtuh/amblas, karena banyak tumbuhan di dasar Gua Koo.

Menyerupai paru-paru
Menyerupai paru-paru

Dilihat dari ketinggian, di dasar Gua Koo terdapat 2 kolam yang menyerupai paru-paru. Akses menuju kolam masih berupa tanah dan batuan. Hujan menghalangi kami untuk mengeksplor Gua Koo lebih jauh. Kami hanya bisa turun sampai ke tengah gua. Ada cerukan besar yang bisa melindungi kami dari hujan. Dari titik ini pula, bentuk kolam yang menyerupai paru-paru terlihat lebih jelas.

Dahulu, salah satu kolam di Gua Koo masih bisa digunakan untuk mandi. Sementar kolam satunya digunakan sebagai sumber air bersih. Sekarang, sudah tidak diperbolehkan untuk mandi di Gua Koo karena ke dua kolamnya sudah difungsikan secara penuh sebagai sumber air bersih warga Buton Tengah.

Gua Kotaeono

Jika dilihat dari bentuknya, Kotaeono lebih menyerupai laguna. Walaupun laguna umumnya berbentuk lingkaran, Kotaeono berbentuk seperti gang yang memanjang diapit tebing di kanan kirinya. Akses masuk Kotaeono cukup unik, kita harus menuruni tangga yang cukup sempit dengan beberapa batu mencuat di atas kepala. Berulang kali pemandu kami mengingatkan untuk berhati-hati agar tak terantuk batu. Hanya beberapa anak tangga, lalu kami tiba di laguna Kotaeono. Airnya hijau tosca diapit tebing karang dan dinaungi pepohonan di atasnya. Pemandangan yang tak biasa untuk sebuah gua. 2 perahu kayu bisa difungsikan untuk menyusur laguna, atau bisa digunakan sebagai properti foto. Untuk menggunakan perahu, perkepala dikenakan biaya sebesar Rp 20.000,-. Tak butuh waktu lama untuk menyusur lagunanya, tapi butuh waktu lama untuk berfoto di sini. Pemandangannya sungguh sangat indah. Bahkan tak salah jika Gua Kotaeono disebut sebagai laguna studio.

Gua Kotaeono
Gua Kotaeono

Untuk mendapatkan hasil foto terbaik, datanglah antara pukul 10.00-12.00, saat matahari bersinar di antara tebing. Hindari akhir pekan karena spot ini ternyata sudah cukup dikenal oleh masyarakat. Supaya bisa berfoto berlama-lama di Gua Kotaeono, Laguna Studio. Ohya…jangan lupa untuk memakai outfit yang bisa terlihat menonjol diantara tebing-tebing Gua Kotaeono. Kaos Lois Jeans bermotif flamingo yang saya kenakan, pas banget untuk terlihat outstanding di antara tebing abu-abu Kotaeono

Gua Bidadari

Akses masuk Gua Bidadari cukup ajaib. Kami harus menembus hutan ilalang dan jalan setapak yang sepertinya tak banyak dilalui pengunjung. Tanpa ada gambaran sama sekali gua apa yang akan kami kunjungi dengan akses masuk yang berbeda dengan gua-gua sebelumnya. Mulut Gua Bidadari terbilang besar, langsung terhubung dengan jalan berbatu menurun. Dari titik ini, terlihat Gua Bidadari memiliki kubah yang tinggi dengan lubang di puncaknya. Ketika cerah dan saat waktu yang tepat, segaris cahaya matahari turun dari lubang dan menyinari dinding gua.

Akses masuk Gua Bidadari
Akses masuk Gua Bidadari

Gua Bidadari adalah gua buntu dengan kolam di ujung gua. Berbentuk bulat dengan kedalaman sekitar 2 meter. Airnya berwarna biru jernih dan cukup dingin karena area kolamnya tidak terkena sinar matahari.

Gua La Umehe

Jika Gua Bidadari sudah cukup ajaib, akses Gua La Umehe benar-benar Uji Nyali. Jalannya menanjak menembus hutan. Akar dan ranting yang mencuat banyak dipenuhi duri. Jadi selain harus waspada wajah tergores ranting, untuk kami yang banyak mengenakan celana pendek, berkali-kali mengaduh ketika betis tergores akar. Untung celana pendek Lois Jeans yang saya gunakan berbahan cukup tebal sehingga bisa melindungi bagian lutut ke atas dari goresan. Meskipun tebal, bahannya cukup ringan dan sejuk. Jadi tak masalah ketika saya gunakan untuk blusukan di dalam hutan dan gua. Untuk menuju mulut gua, memakan waktu sekitar 20 menit. Di mulut gua kami membagikan penerangan karena ternyata Gua La Umehe memilik rute sepanjang 1.5 kilometer dan belum ada penerangan. Pembagian alat penerangan pun sempat terhenti karena ternyata kami berdiri di sarang semut api.

Gua La Umehe, berbeda dengan gua-gua yang kami eksplor sebelumnya, gua ini ternyata belum dibuka untuk umum. Jadi, bagian dalamnya benar-benar belum ditata. Belum ada setapak, belum ada penerangan dan belum ada tali atau railing untuk berpegang. Susur guanya semakin ke dalam semakin ekstrem sementara kami tidak berbekal alat apapun. Demi keselamatan, kami memutuskan untuk menyudahi susur Gua Lu Umehe. Mungkin di lain waktu kami mendapat kesempatan kedua menyusuri gua eksotis dengan stalagmite dan stalagtite yang berkilau ketika diterpa cahaya

Gua Loba-loba

Buton Tengah memang pas menyandang “Negeri Seribu Gua” bukan cuma di darat, gua di bawah lautnya pun juga ada. Bahkan gua-gua bawah laut Buton Tengah sudah lebih dahulu tersohor di kalangan turis Singapura, Malaysia dan Thailand. Salah satu gua bawah laut yang kami kunjungi adalah Gua Loba-loba. Hanya sekitar 15 menit dari pelabuhan Wamengkoli, perahu kami merapat di tebing karang. Tracy, satu-satunya teman kami yang memiliki diving license yang akan mengeksplor Gua Loba-loba. Sementara kami, snorkling menikmati jernihnya perairan di Buton Tengah.

Snorkling
Snorkling

Gua Loba-loba memiliki jalur vertikal sedalam 30 meter, lalu jalur horizontal dan memiliki beberapa chamber. Lama eksplorasi Gua Loba-loba sekitar 45 menit. Menurut Tracy, rasanya seperti menyusuri gua pada umumnya, namun dalam kondisi berenang. Saya hanya bisa menikmati dan terkagum-kagum ketika video rekaman Tracy ditayangkan. “Seperti di dunia lain” ya mungkin seperti itu gambarannya. Yang jelas saya 1000 persen salut kepada Tracy yang memilki nyali untuk menyusuri gua bawah laut. Saya??? Lebih baik saya menyusuri gang penuh dengan penjaja makanan.

Buton Tengah penuh pesona
Buton Tengah penuh pesona

Tertarik untuk eksplor gua-gua eksotis di Buton Tengah? Jangan khawatir untuk akomodasi, di Buton Tengah sudah ada beberapa penginapan yang memadai. Untuk kuliner pun dijamin tak akan kesulitan. Buton Tengah ternyata punya banyak kuliner lokal yang nikmat seperti Parende, Kadampi, Kasuami, Tuli-tuli, Lantak dan sebagainya. Jika ingin wisata lain selain gua, Buton Tengah juga punya pantai, pemandian, danau dan desa tenun. Yuk…eksplor Buton Tengah!!

Enterpreneur, Travel Blogger, Instagramer, Hotel & Resto Reviewer, Fuji Film User.

Leave a Reply