Jaga sikap dan tutur katamu dimanapun dirimu berada!
Hampir tengah hari saat itu namun jalin dedauan mampu menghalau teriknya matahari. Sejenak kami memasuki hutan kecil tak jauh dari jalan raya. Bukan aspal mulus yang menutupi jalan melainkan serakan batu yang membuat juru mudi harus mencari pijakan yang kokoh dan aman untuk memarkirkan kendaraan.
Kami bergegas keluar begitu deru mesin hilang ditelan gemerisik daun. Syukurlah terang meraja hari itu, tak seperti kemarin saat kami dijilati ombak dan gerimis kala menuju Ngurtafur.
Seorang lelaki dan 2 ekor anjingnya menyambut kami. Hal pertama yang diucapkannya adalah:
“Jaga sikap dan tutur katamu di Goa Hawang”
Kami mengangguk setuju sambil mengekor, bak 2 ekor anjing yang setia menemani setiap langkah sang lelaki.
“Beruntung kalian datang saat matahari bersinar terik dan di waktu yang pas. Antara pukul 11.00 – 14.00 adalah waktu paling pas untuk menikmati keindahan Goa Hawang dengan sempurna.”
Sinar matahari menerpa persis permukaan air di Goa Hawang dan membuatnya berkilau layaknya kristal. Kami tersenyum lega merasa perjalanan kami tak sia-sia.

Tak jauh dari lokasi parkir kami harus menuruni beberapa anak tangga. Tak banyak yang ditemui disini, hanya 2-3 pendapa yang bergeming dalam pelukan hutan. Tangganya terpelur rapi dengan semen berjarak cukup nyaman untuk dilangkahi. Dari ujung anak tangga, sudah bisa terlihat bagian atas goa dipenuhi dengan stalagtit yang menggantung. Kami meletakkan barang bawaan kami di pendapa lalu kembali mengekor sang lelaki yang memandu kami. Anjingnya tak sedikitpun beranjak dari sampingnya.

“Inilah Goa Hawang, primadona dari Desa Letvuan”
Tangannya merentang kearah air biru berkilauan di ujung bawah anak tangga. Hanya decak kagum yang keluar dari mulut kami. Airnya benar-benar jernih tenang tak beriak. Hanya sesekali ada riak kecil saat air menetes dari ujung stalagtit atau saat daun gugur dan rebah di atas permukaan air. Selebihnya, bak lapisan kaca tak bercela. Ikan-ikan kecil yang berlalu lalang pun seakan enggan merusak ketenangan Goa Hawang. Batu-batu di dasar goa hampir didominasi oleh batu bulat-bulat berwarna hitam. Diterpa sinar matahari, menjadikan batu-batu ini berkilau layaknya kristal.

“Silakan kalau ingin menikmati segarnya Goa Hawang”
Sang Lelaki mempersilakan kami dan terus mengingatkan kami untuk menjaga sikap dan tutur kata berulang-ulang. Saya menggigil saat pertama mencelupkan kaki di Goa Hawang. Airnya terasa dingin meskipun matahari menerpa permukaan airnya. Saya masuk perlahan tak ingin merusak ketenangan di Goa Hawang. Kaki saya meronta mencari pijakan, nyatanya kolam air yang terlihat dangkal ini cukup dalam. Di bagian tepi saja kedalamannya mencapai 2 meter.
Akhirnya saya mengepak kaki dengan terpaksa membuyarkan permukaan air di Goa Hawang. Airnya benar-benar segar saat menerpa wajah, saat saya membuka mata di dalam air pun tak terasa pedih. Saya bisa melihat jelas dasarnya yang berbatu dengan beberapa stalagmit yang mencuat dari dasar kolam. Yang terlihat sangat jelas adalah 1 stalagmit besar di sisi kiri goa dan 2 stalagmit di sisi kanan goa.
Pun saat saya meluruskan pandangan saya, saya bisa melihat terowongan berujung pekat. Seketika ada perasaan aneh menyergap, saya menyembulkan kepala di atas permukaan air dan tak bernyali untuk membenamkannya kembali.

“Goa ini terhubung dengan mata air Evu, salah satu mata air terbesar di Pulau Kei. Konon terowongan itu pun menyambung ke arah lautan”, Celoteh sang lelaki.
“Pengunjung tidak diperbolehkan untuk masuk ke goa sendiri kecuali ditemani oleh pemandu berbekal alat selam. Pengunjung bisa tersesat jika nekat masuk sendiri. Apalagi masyarakat setempat masih percaya betul kalau tempat ini dihuni oleh para arwah. Hawang sendiri artinya arwah”

Entah saya yang terlalu terbawa cerita, seketika saya bergidik membayangkan arwah melayang-layang di langit-langit goa dan berenang-renang di dasar kolam. Kami pun mengakhiri kunjungan, toh sudah lebih dari 1 jam kami berendam di sana.
Sebelum pulang, kami sempat menanyakan kenapa sang lelaki tak hentinya mengingatkan kami untuk menjaga sikap dan tutur kata?
Jawabnya, “Dahulu kala ada cerita tentang seorang laki-laki berburu bersama 2 ekor anjingnya. Kawanan ini memburu babi hutan hingga kelelahan dan tiba di Goa Hawang. Karena kehausan, sang lelaki meminum air kolam di Goa Hawang yang ternyata berasa pahit. Karena marahnya, sang lelaki mengucapkan kata-kata kotor sehingga membuatnya dikutuk menjadi batu. Kalian pun telah melihat batunya, sang lelaki berubah menjadi batu besar di sebelah kiri dan 2 ekor anjingnya berubah menjadi 2 batu kecil di sebelah kanan goa”

“Terima kasih sudah mengunjungi kami dan menjaga sikap serta tutur kata kalian. Jangan sampai nasib kalian sama seperti kami sang lelaki dan 2 ekor anjingnya yang kini tertambat di Goa Hawang selamanya”

***
Perjalanan ini sebagai bagian perjalanan bersama ayojalanjalan.com
Air yang bening dan biru tosca ditambah dengan bebatuannya yang di atas, alamak, Gua ini cantiknya gila. Cuman berendam di air segar itu sambil mendengarkan cerita atau membayangkan arwah yang terbang di atas dan berenang di bawah, bulu Kuduk bergidik juga pastinya ya Kak Leonard 🙂
Iya mba, antara serem tapi indah banget ini lokasinya. Jadi diberani-beraniin untuk nyebur hehe
Waahhh… baguuusss… emang keren banget yak… air nya bening berpadu dengan gua yg cantik…
tapi agak serem juga ya ceritanya.. hehehe… tapi emang bener sih dimana-mana juga harus jaga tutur kata n sikap…
Iya apalagi di tempat yang masih jarang di datangi orang, harus ekstra hati2
Indah sekali gua ini. Tambahan cerita berefek ganda lho. Buat orang iseng bisa bikin mikir dulu sebelum ngapa-ngapain. Kalau buat orang luar negeri bisa jadi nilai tambah. Sebuah tempat dengan cerita yang kuat selalu menarik. Tapi sepertinya dibuat berbagai aturan demi keamanan pengunjung. Kebayang ada orang iseng sok-sokan menjelajahi gua yg berbahaya. Bisa banyak korban kaan
Iya, temen saya pernah pas kesini ada bule nekat masuk kedalem goa. Ga tau endingnya gimana, tapi mereka cenderung nekat2 kalo urusan eksplorasi ya
Guanya cantik tapi harus hati-hati ya. Baik dengan karakteristik alamnya, maupun dengan mitos arwahnya.
I do believe in spirits 🙂
Hati2 dimanapun biar selamat hehehe
Pengen jadi netijen julid. Wkwkw…
Itu batu hasil dr kutukan kok bentuknya gt2 aja si.. Pengennya bentuknya kayak anjing dan orang. Ahahahaha
Hemmm.. Akutu seneng liat aer tp gmw lama2 berendem di aer.. Serem… Apalagi ini… Ngeliat aja udah mistis Kak… *selain gak bisa renang* ������ tapi emang takut aer. Kalo ga rame gak mau nyebur meski pake pelampung…
Hahaha harusnya berbentuk wujud manusia ya, itu mah di pahat oleh pemahat bukan korban kutukan. Tapi snorkling bisa kan kak?
Karakteristik perairan laut Indonesia timur banget…penuh goa. Tapi aku pernah ketemu gowa kayak gini yg masuknya dr daratan/pedesaan di daerah Kupang. Cuma lupa namanya..
Tapi kak leo aman aja kan disana ? Gak kena kutuk juga ?hihih..
Kl kena kutuk ga bs nulis dong hahaha
Shiiiittt airnya biru banget!
Asik ya mas hehe
Gelllaa sih keren banget goanya. Di mana pun emang kudu jaga kelakuan ya apalagi kalo di rumah calon mertua. Salah ngomong bisa dikutuk camer. #eh
bukan pengalaman pribadi kan kak? hihihi
Bening banget kolamnya koh, aku suka warna birunya. Btw, di goa itu tidak ada binatang atau ikan ya?
ada mas ikannya tapi ga banyak dan kecil2
Airnya bening banget kelihatan seperti ada biru kristal di foto.. 🙂
Cheers,
Dee – heydeerahma.com
Banget, bening dan seger banget airnya