Kalo di liat di Peta nih, lokasinya Ujung Genteng itu kaya bentuknya usus buntu alias apendix, kecil, nyempil. Sama kaya Ujung Genteng ini, nyempil di ujung selatannya Jawa Barat.
Biarpun nyempil, Ujung Genteng punya potensi wisata alam yang banyak, mulai dari pantai, sungai, curug sampe tempat pembuatan gula aren.
Masih masuk dalam wilayah Sukabumi, dalam rangkaian perjalanan ngubek-ngubek Selatannya Jawa Barat, setelah sebelumnya sempet singgah ke Curug Cikaso dan Cigangsa, balik ke arah Surade tinggal lurus aja ngikutin petunjuk jalan ke arah Ujung Genteng.
Sepanjang perjalanan menuju ke Ujung Genteng, banyak banget perkebunan kelapa yang nira-nya disadap untuk di buat gula merah, jadi kalo lewat wilayah ini, bukalah jendela mobil, hirup tuh udaranya, harum dan manis gula merah yang lagi dimasak itu kecium banget.

Perjalanan sekitar 40 menit, kami ketemu dengan rudal besar disebelah kiri jalan (wilayah Ujung Genteng juga dijadiin pangkalan AU). Sebelum melewati gapura ber-rudal itu, kita langsung belok kanan (jalannya kecil dan agak rusak) menuju ke penginapan Pondok Adi.
Dengan harga Rp.600.000,- per cottage, 2 kamar tidur ber-AC (super dingin), kamar mandi yang bersih dan dapur dengan alat masak, kayaknya cukup sebanding dengan harga yang ditawarkan. Di sepanjang bibir pantai ini banyak banget penginapan, tinggal pilih aja sesuai budget.
Tempat wisata di Ujung Genteng
Selesai unpacking, setelah nego dengan salah satu pengurus penginapan, akhirnya kita deal sewa ojek untuk anter kita keliling beberapa pantai di Ujung Genteng. Dengan harga Rp 80.000,- (trip waktu 2014) berangkatlah kita keliling-keliling Ujung Genteng.
Melihat kondisi jalan, kayanya emang mendingan sewa ojek plus abang ojeknya deh hehehe

Pantai Cipanarikan
Tujuan pertama dan paling jauh (+/- 30 menit dari Pondok Adi), medannya juga susah karena jalanannya berlumpur. Beberapa pengunjung yang bawa motor sendiri, kakinya langsung pada cemong, dekil, kumel, jeblos ke kubangan lumpur hihihi. Setelah agak-agak off road, harus dilanjut lagi dengan jalan kaki, sedikit masuk menembus hutan sekitar 10 menit.


Tiba di pantai ini, rasanya kaya ngeliat karpet luas, pasirnya putih halus masih bersih banget (jangan sampe dikotorin sama sampah dari pengunjung ya) Pantai Cipanarikan merupakan muara dari sungai Cipanarikan yang mengalir ke laut, jadinya di sisi kanan pantai kita masih bisa liat tuh aliran sungainya menuju ke laut. Keren lah pokoknya ?
Pantai Pangumbahan
Di Pantai ini, kita bisa liat Penyu bertelur dan pelepasan anak penyu (tukik). Untuk melihat pelepasan tukik, biasanya sekitar jam 5-6 sore, jadi jam-jam segitu udah nongkrong, deh. Harga tiket masuk ke pantai ini (waktu itu 2014) Rp 10.000,-/orang. Sementara kalau yang mau liat penyu bertelur kudu kesini subuh-subuh dengan harga tiket Rp. 150.000,-/org *garuk2 kepala @_@.


Pantai Pangumbahan ini jenisnya hampir mirip kaya Cipanarikan, pantai pasir putih luas, cuma karena jarak pantai yang lebih dekat dengan penginapan jadinya pantai ini ga sebersih Cipanarikan.
Pantai Cibuaya
Diperjalanan pulang ke Pondok Adi, kita sempet mampir di satu pantai lagi, yaitu Cibuaya. Pantai ini agak beda dengan 2 pantai sebelumnya. Pasir disini agak kasar kaya pecahan karang kecil-kecil gitu. Kemudian pantai ini juga bukan pantai landai berpasir, tapi banyak batu2 karang di bibir pantainya. Sayangnya, sore itu di pantai Cibuaya agak mendung.

Walau sempat mendung di Pantai Cibuaya, kami cukup beruntung masih bisa menikmati sedikit sunset di sepanjang pantai Ujung Genteng sore harinya.

Untuk makan malam, ga seru kalo udah di pinggir pantai tapi ga makan seafood. Jalan ke arah Timur, hampir ke ujung pulau deket ke Taman Nasional Ujung Genteng, ada pelelangan ikan. Pinter-pinter milih dan menawarlah disini, harganya berkisar 20-40 ribu per kilo mulai dari ikan, cumi dan udang.
Untuk mengolahnya di sekitar TPI ada resto2 yang bisa ngolahin di bakar atau di goreng, harganya Rp. 24.000,-/kilo. Karena kita nginep di Pondok Adi, mereka juga menyediakan fasilitas bakar atau goreng ini, harganya lebih murah sekitar 15-20 ribu/ kilo sudah plus sambel.
Sedikit saran, kalo mau minta masakin sama pihak peninapan, kasihlah spare waktu 1-2 jam, jadi kalo mau makan jam 8 malem, Sebelum cacing2 lu mengganas, jam 6 udah dikasih deh tuh bahan2nya. Karena mbludaknya penghuni penginapan, biasanya utk masak akan butuh waktu lama.
Taman Nasional Ujung Genteng
Besok paginya, karena mau liat sunrise, pergilah kita ke Taman Nasional Ujung Genteng deket TPI itu. Untuk masuk dikenakan biaya Rp. 20.000,-/mobil. Jalan masuknya mirip-mirip dengan Baluran, beberapa kali biawak besar juga melintas didepan mobil. Taman Nasional ini letaknya persis di ujung selatannya Jawa Barat, yang bentuknya kayak usus buntu gitu. Ga pernah kebayang yah main sampe ke ujung pulau.

Suasana di ujung selatan Jawa Barat ini lebih sepi dan tenang, karena emang agak jauh dari penginapan-penginapan itu, dan juga karena bayar tiketnya itu juga, jarang ada orang mau kesini.
Mini Tanah Lot (Amanda Ratu)
Tempat wisata di Ujung Genteng yang kita kunjungi ini agak jauh dari wilayah pantai-pantai sebelumnya, jadi waktu arah balik, ngelewatin kebun-kebun kelapa, disebelah kanan jalan ada petunjuk villa Amanda Ratu. Entah kenapa villa ini terbengkalai, waktu kita coba telepon sih katanya lagi perbaikan, tapi koq ga ada tanda2 diperbaiki juga itu bangunan villa.
Malah menurut info yang kami dapatkan di Internet, katanya sih villa yang terletak di tengah perkebunan kelapa ini di tinggalin gitu aja sama pemilik karena terkait sengketa lahan dengan lahan perkebunan kelapa itu, ga tau deh yang mana yang bener, tapi kalau diliat dari “bangkai”nya, Amanda Ratu ini termasuk penginapan berkualitas, deh.

Trus, di Amanada Ratu ini ada satu spot menarik, disebutnya sih Mini Tanah Lot sama warga sekitar, karena bentuknya emang mirip sama Tanah Lot (kayanya Tanah Lot sekarang ada dimana-mana yah).
Selesai deh ngubek-ngubel ‘usus buntu’-nya si pulau Jawa Bagian Barat, dengan rute Jakarta-Bogor-Cijeruk-Sukabumi-Cikidang-Pelabuhan ratu-Kiara Dua-Jampang Kulon-Surade-Ujung Genteng (kalo nonstop mungkin meakan waktu sekitar 8-9 jam).
Baca cerita perjalanan sebelumnya: Pelabuhan Ratu & pemandian air panas Cipanas
Banyak banget hal2 unik dan baru yang kita temuin sepanjang perjalanan. Mulai dari (maaf) orang gila yang banyak banget di daerah Sukabumi (kenapa yah?), ketemu curug kering di Cigangsa, ketemu curug baru di Jampang Kulon, sampe ada yang pup di pinggir pantai ditimbun pasir nyahahahaha.

***
Catatan C4ME saat liburan ke Ujung Genteng:
- Sekedar saran, kalo mau ke sana jangan pas Long Weekend yah, penuh jubel dah, ga terlalu nyaman buat hunting photo hihihi.
- Buat penginapan, coba aja Pondok Adi, cukup rekomen koq, bisa masak sendiri karena ada dapur itu, nih kontak Pak Adinya 0818101159.
- Jaga barang2 pribadi kita, namanya tempat wisata, apalagi kalo lagi bejubel penuh, gak ada salahnya lebih waspada sama barang bawaan kita sendiri.
- Buat yang bawa kendaraan pribadi, karena jalanan banyak yang rusak, pastikan kondisi kendaraan prima, mulai dari mesin sampe ban (gak mau kan mogok ditengah utan). Isilah bensin
full (dari Surade) karena di Ujung Genteng ga ada SPBU coy hehehe.
Banyak ya pantainya… btw, nice pict… 🙂
makasi mas pungky :), lumayan banyak spotnya, walaupun agak kotor hehe
Mantap
Makasi
mau nanya dong.. ada ga ya angkutan umum ke ujung genteng? terima kasih.
Nice shoot … kece pokoknya
Kak klo lokasi yg memukau di sekitaran Bandung mana ya ?
Sekitar Bandung banyak mas, ada garut, cianjur, banyak tempat indah disana
kalau bawa sedan masih bisa nggak mas ?
masih bisa koq mas
Mas pondok adi itu dekat bibir pantai? atau agak jauh dari pantai?
deket banget mas dari pantai, hanya dipisahkan jalan kecil aja
saya one day trip dari jakarta selatan, saran dong lebih baik motor apa mobil mas? makasiii
One day trip lumayan jauh tuh mas, ga bisa menikmati pantai2 di Ujung Genteng nanti tau2 udah keburu gelap