Situ Cisanti, Hulu Cantik di Sungai Citarum

Sesosok “wanita” cantik berdarah Belanda, panggil saja Santi. Begitu masyarakat sekitar Desa Tarumajaya lebih mengenalnya. Entah siapa nama asli dari “wanita” berparas cantik ini.

Kami menempuh perjalanan selama 3 jam menuju selatan dari Kota Bandung untuk menemui sang “wanita” cantik.

Kebetulan, malam sebelumnya kami menghabiskan malam di wilayah Malabar, sehingga tidak terlalu lama untuk kami menemui Santi sang “wanita” cantik yang bermukim di ketinggian 1500 di atas permukaan laut.

Dari gerbang Perkebunan Teh Malabar, kami memutar kemudi ke sisi kiri, berlawanan dengan rumah Bosscha yang berada di sisi kanan. Perjalanan menemui Santi terbilang mudah. Dan memang sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang tak kalah cantiknya.

Masih berteman dengan labirin kebun teh, kami terus dibuat terpesona dengan bukit-bukit hijau nan cantik. Mungkin aura kecantikan Santi membawa energi positif kepada semesta.

Kami semakin tak sabar untuk bertatap muka dengan Santi.

Menuju Cisanti
Menuju Cisanti

Di persimpangan kami sempat menanyakan tempat Santi berada, hujan semalam sekilas membuat kami ragu apakah ini jalan untuk bertemu Santi. Seorang Bapak sempat menangkap keraguan kami, sepertinya beliau tahu maksud dan tujuan kami. Beliau meyakinkan bahwa ini adalah jalan yang benar, memang hanya sedikit berlumpur di mulut jalan, selepas beberapa meter jalan kembali bersahabat.

Ketenangan di Situ Cisanti
Ketenangan di Situ Cisanti, Jauh dari hiruk pikuk kota

Santi menyambut kami dengan paras cantiknya. 60 Kilometer terpisah dari hiruk pikuk kota bahkan sebuah Gunung menjaga Santi, Gunung Wayang senantiasa memeluk Santi menaungi kecantikan sang “wanita”.

Barisan pohon Eukaliptus pun seakan terlihat menjaga rapat Santi, menjaga dari tangan-tangan kelam yang ingin menggoda Santi. Sambil menggiring kami mengelilingi kediamannya, Santi mulai bercerita bahwa kediamannya adalah hulu dari aliran sungai Citarum, tak heran terdapat tugu bertuliskan 0 Kilometer Citarum di kediamannya yang sejuk ini.

Baca juga: Ternyata Titik 0 Kilometer Indonesia Bukan di Sabang!

Santi sering menemukan tamu yang berkunjung ke kediamannya dengan maksud tertentu, seperti mencari jodoh atau doa memohon sesuatu. Memang ada 7 mata air di kediamannya, yang paling ramai dikunjungi tamunya adalah mata air Pangsiraman untuk mencari jodoh.

Sayang saat itu kami tidak bisa melihat keindahan mata air Pangsiraman yang kabarnya berwarna biru jernih. Mata air ini selalu dijaga oleh juru kunci yang kebetulan tidak hadir saat itu. Ketujuh mata air inilah yang akhirnya mengaliri liku Citarum hingga bermuara di Laut Jawa.

Gunung dan hutan di Situ Cisanti
Gunung dan hutan menjaganya
0 Kilometer Citarum
0 Kilometer Citarum

Di sebuah dermaga kayu, Santi mengajak kami duduk merangkul damai di kediamannya. Rautnya mendadak berubah, ada sedih menggelayut di wajahnya. Menerawang jauh seakan menelusur lekuk Citarum. Sungai terpanjang di Jawa Barat kini tak lagi selaras dengan keindahan hulunya.

Santi bercerita bahwa Citarum kini tak ubahnya racun yang mengalir. Siapa sangka jika di kediaman Santi terdapat tujuh mata air memancar dengan jernihnya sementara aliran Sungai Citarum dinobatkan sebagai sungai paling berbahaya di dunia. Pabrik-pabrik yang menjamur, pemukiman warga yang bertengger diatas Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi pemicu tercemarnya aliran Sungai Citarum.

Dermaga kayu Situ Cisanti
Dermaga kayu Situ Cisanti

Pelukan Gunung Wayang, barisan pohon Eukaliptus sedikit banyak dapat membantu menghalau Santi dari kejam pembangunan. Walaupun kini barisan pohon Eukaliptus pun tak serapat dahulu. Belum lagi para tetamu yang kadang tidak menghormati Santi sebagai tuan rumah. Tamu-tamu yang selalu pulang meninggalkan carut marut di kediaman Santi.

Riak kecil saat sebuah sampan melintas mengaburkan cerminan Gunung Wayang dan hutan Ekaliptus yang terpantul sempurna di permukaan air. Menyadarkan lamunan kami yang terhanyut cerita Santi tentang kediamannya.

Situ Cisanti Bandung
Tak ada yang tahu kedalaman si cantik Cisanti

Santi… wanita cantik berdarah Belanda.

Tak ada yang tahu siapa nama sebenarnya, tapi begitulah masyarakat sekitar mengenalnya. Entah benar tidaknya, sosok Santi inilah yang diabadikan namanya menjadi sebuah danau.

Danau seluas 5 hektar di kaki Gunung Wayang dikelilingi hutan Eukaliptus. Hulu dari sungai terpanjang di Jawa Barat, Sungai Citarum. Sungai paling beracun di dunia yang ternyata memiliki hulu yang sangat
cantik,

secantik Santi sang “wanita” Belanda,

Situ Cisanti ….

Jalan jalan Jeprat jepret di Situ Cisanti
Jalan jalan Jeprat jepret di Situ Cisanti

Enterpreneur, Travel Blogger, Instagramer, Hotel & Resto Reviewer, Fuji Film User.
6 Responses
  1. Matius Teguh Nugroho

    Wah, aku malah belum pernah ke sini, bang. Meski nggak indah luar biasa, tapi kayaknya enak dan damai buat menenangkan diri 🙂

    Btw, suka gaya bahasa dan cara penyampaianmu di tulisan ini. Mantap!

Leave a Reply