Mentari tak lagi menyengat saat itu. Menjelang pukul 4 sore ketika kami mulai merapat di Pulau Padar, salah satu dari 3 pulau terbesar di perairan Kepulauan Komodo selain Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Kami akan bermalam di perairan Pulau Padar karena di sini ombak tidak terlalu besar bahkan cenderung tenang. Beruntungnya kami saat itu terang masih bersahabat jadi kami memutuskan untuk sedikit mengeksplor indahnya Pulau Padar menjelang sang surya terbenam.
Kapal yang kami gunakan tergolong kapal besar dan kondisi perairan sedang surut, alhasil untuk mencapai bibir pantai Pulau Padar kami harus menggunakan sampan kecil yang hanya bisa memuat 3-4 orang (termasuk awak kapal yang mendayung bolak balik).
“Yang kecil bisa naik bertiga, yang besar harap tahu diri ya, cukup berdua”
Bukan hal mudah untuk turun dari kapal besar ke dalam sampan, kami semua bisa berenang tapi entah kenapa kami semua bergerak seperti sedang goyang patah-patah sambil menjaga keseimbangan agar sampan tidak terguling. Berhasil menjejakan kaki di sampan, PR lainnya adalah duduk manis di dalam sampan, saya berhasil duduk manis hingga teman saya menyusul duduk di belakang saya dan seketika permukaan air laut rata dengan bibir sampan. Ya saya tahu diri, cukup berdua saja T_T

Pulau Padar, terbenam di balik cakrawala
Sore itu, karena tidak memungkinkan untuk mendaki ke puncak Padar, kami hanya trekking sedikit ke balik bukit untuk menanti matahari tenggelam. Setelah naik-naik ke puncak bukit di Pulau Kelor, trekking singkat di pulau ini bisa dibilang level mudah walaupun ujung-ujungnya saya ngos-ngosan juga di beberapa tanjakan.

Setelah tiba di salah satu bukit, lengkungan panjang bibir pantai menyambut kami. Uniknya, di tempat kapal kami bersandar, pasir pantai Pulau Padar berwarna putih kecoklatan sedangkan di balik bukit ini, jika dilihat dari ketinggian memiliki pasir dengan gradasi warna merah muda. Beberapa pantai di Flores memang terkenal dengan pantai berpasir pink-nya. Walaupun kondisi saat itu sudah mulai gelap, gradasi warna pink masih tetap terlihat di mata kami.

Begitu menjejakkan kaki di pantai berpasir pink ini, saya melihat banyak karang-karang berwarna merah yang tersapu ombak hingga ke bibir pantai. Pecahan karang-karang merah inilah yang menyebabkan pasir di pantai ini berwarna pink.
Sangat disayangkan bukan hanya karang, di beberapa sudut pantai ini terlihat sampah berserakan. Walaupun bukan berasal dari pengunjung, tapi sampah-sampah ini terbawa ombak dari pulau-pulau berpenghuni seperti Pulau Komodo dan berakhir teronggok di pantai pink Pulau Padar.


Tak lama berselang langit senja mulai menampakkan kemegahan warna-warninya, kami terus berjalan menyisir karang di sisi kiri pantai. Sedikit tertutup bayangan bukit di belakang kami dan kontur karang yang tajam dan licin membuat kami berjalan ekstra hati-hati agar tidak terjatuh. Tak disangka di ujung karang ini kami menemukan satu spot indah berupa karang bolong.

Baca juga: Ujung perjalanan di Pulau Kanawa
Sore itu, di sisi karang bolong kami menanti sang mentari terbenam di balik cakrawala ditemani debur ombak dan hembus angin Pulau Padar.

Terbit di balik bukit
Pagi itu, goyang patah-patah duduk manis di dalam sampan menjadi 2 kali lebih sulit saat dilakukan dalam gelap. Bahkan perjalanan pun terasa lebih lama karena angin yang berhembus dari daratan. Kami berencana untuk trekking ke puncak tertinggi Pulau Padar untuk melihat 4 cekungan Pulau Padar yang kalau fotonya di upload di Instagram pasti akan banjir “like“.

Saat mentari masih terlelap kami sudah memulai trekking dengan harapan bisa melihat sang surya terbit di atas puncak Pulau Padar. Kenyataannya? Walaupun telah belajar dari pengalaman trekking di Pulau Kelor, kami berbekal camilan dan sebotol air mineral tetap saja kami kehabisan napas di tengah treking. Intinya camilan bukan untuk menambah tenaga mempercepat treking, tapi memang modus “daripada lapar ditengah treking”

Di tengah trekking, hangat sinar mentari sudah lebih dahulu menyapa saat kami masih terengah-engah. Karena kami belum mencapai puncak, setengah pandangan kami tertutup sisi bukit. Salah seorang teman sempat berucap
“Udah ga usah naik lagi, toh dari sini sudah bisa terlihat 4 cekungannya”

Untungnya kami tidak menuruti kemauan teman kami. Sedikit pulih tenaga, kami melanjutkan trekking hingga ke puncak. Hampir 1 jam kami mencapai puncak dan ternyata memang perjuangan mencapai puncak sebanding dengan pemandangan di puncak Pulau Padar. Bukit-bukit kering terlihat berwarna kuning keemasan diterpa sinar mentari pagi.

Pagi itu, di ketinggian Pulau Padar kami menyaksikan sang mentari terbit dari balik bukit dan merasakan hangat sinar mentari di puncak Pulau Padar ditemani barisan bukit keemasan.

Saat pengunjung lain mulai berdatangan, kami sudah beranjak turun kembali ke kapal untuk kembali melanjutkan perjalanan kami. Sambil menunggu sampan menjemput, saya sempat menatap kembali jalan setapak kebalik bukit dan puncak tertinggi di Pulau Padar. Saya pernah ada di balik bukit itu menyaksikan mentari terbenam dan saya pernah ada di puncak tertinggi menyaksikan mentari terbit.
Baca juga: Itinerary Sailing Komodo 3D2N
Salah satu alasan gw balik ke labuan bajo karna mau ke padar.
Dan padar mmg mempesona 😉
Betul banget kakakkks
Keren kakaks!
Makasi kakaks
Wah…. selalu berasa ikut disana 😀
Terima kasih sdh mampir di blog saya 😀
Harusnya Padar ini uda di lirik sama The Hobbit buat lokasi sutingnya yah… Skalian di gaet si mba di foto nomor 2 di atas. Itu cakap banget view nya, drama pula *Kode haha
Semoga ya nanti ada yg lirik utk dijadikan movie set. Utk mba berbaju merah diabaikan aja, ganti tante sonya
aaaaahhhh belum sempat2 kemari
Dari Bali tinggal nyebrang kakak
Ahhh aku sudah kepengen banget ke Pulau Padar dari kapan tahu. Semoga tahun ini terealisasi. Good article Leo. Salam kenal yaaa… 🙂
Aminnn semoga terealisasi. Salam kenal juga mba satya winnie, udah sering denger dan liat namanya mba wara wiri di socmed tapi baru formally "meetup" sekarang hehe
gak nyesel udah beli tiket ke labuan bajo buat ke pulau padar 😀
terima kasih buat ceritanya yg semakin menggugah hasrat kesana, salam kenal kak
Salam kenal, selamat menikmati Pulau Padar. ditunggu postingannya ya 🙂
wowww … amazing banget … landscape alam dan foto2nya
saya sih suka banget yang di puncak bukit dan foto siluet di batu karang bolong
Terima kasih apresiasinya 🙂